Hasan Jufri - Pondok pesantren Hasan Jufri terletak di Desa Lebak, tepatnya di Dusun Kebun agung, Kecamatan Sangkapura Pulau Bawean Kabupaten Gresik. Cikal bakal lahirnya pondok pesantren Hasan Jufri dimulai dari sosok seorang tokoh dan Ulama’ kharismatik di Pulau Bawean, K.H.Hasan Jufri, jebolan pesantren Sidogiri Pasuruan dan Tebuireng Jombang dibawah asuhan hadratussyekh K.H.Hasyim Asy’ari, beliau juga pernah menimba ilmu ke Makkah al Mukarromah.
Sekembalinya K.H.Hasan Jufri ketanah kelahiran, tepatnya di Dusun Lebak , Desa lebak,Kecamatan Sangkapura Pulau Bawean, beliau membuka pengajian untuk Masyarakat setempat yang ingin mendalami ilmu agama. Langkah beliau mendapat respon positif dari masyarakat setempat. Dalam perkembangannya antusiasme masyarakat yang ingin belajar kepada beliau tidak hanya datang dari masyarakat setempat,bahkan dari masyarakat diseluruh Pulau Bawean, sehingga rumah beliau yang asalnya dijadikan tempat proses belajar mengajar ilmu-ilmu agama tidak lagi mampu menampung masyarakat yang ingin belajar kepada beliau. Melihat keadaan yang demikian, maka proses belajar mengajar dipindahkan ke Dusun Kebun Agung Desa Lebak. Pada awalnya proses belajar mengajar dilakukan di Mushalla yang diperioritaskan untuk santri mukim.walaupun pada saat itu belum banyak yang bermukim sebagai santri.
Dari waktu ke waktu, apa yang dilakukan K.H.Hasan Jufri mulai menuai hasil, di mana pengajian yang dibina K.H.Hasan Jufri mulai dikenal secara luas oleh masyarakat Bawean, walaupun pada awalnya pondok pesantren tidak memiliki nama sebagaimana pondok pesantren pada umumnya. Hal ini dikarenakan pengajian yang beliau bina hanya berlangsung di Musholla dan belum banyak santri yang mukim dalam waktu lama,kecuali sekedar menginap semalam sehabis mengikuti pengajian dimalam hari, maka wajar bila waktu itu pengajian yang diadakan di Dusun Kebun Agung belum dikenal sebagai pesantren.
Sepeninggal K.H.Hasan Jufri, dibawah kepemimpinan K.H.Yusuf Zuhri, Pondok Pesantren memasuki periode kedua, beliau adalah alumni pondok pesantren Sidogiri Pasuruan dan pondok pesantren Krapyak Yogyakarta. Dan dibawah kepemimpinan K.H.Yusuf Zuhri pengajian yang pernah diadakan K.H.hasan Jufri berusaha dipertahankan, walaupun terjadi sedikit perubahan yaitu pada fokus pembelajarannya, K.H.Yusuf Zuhri lebih memfokuskan pada pengkajian al Qur’an,dibandingkan mengkaji kitab-kitab klasik (kitab Kuning) yang menjadi ciri pesantren pada umumnya, hal ini bisa dipahami dengan melihat latar belakang beliau yang juga sebagai Hafidzul Qur’an ( penghafal al Qur’an).
Sepeninggal K.H.Yusuf Zuhri, maka tumpuk kepemimpinan diserahkan kepada K.H.Bajuri Yusuf, alumni pondok pesantren Krapyak Yogyakarta dibawah asuhan K.H.Ali Ma’shum dan alumni Universitas Baghdad. Dibawah kepemimpinan K.H.Bajuri Yusuf inilah, inisiatif untuk memberi nama pondok pesantren dengan nama Pondok Pesantren “HASAN JUFRI” bermula. Nama ini diambil dari nama K.H. Hasan Jufri, hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan terima kasih atas jasa beliau yang telah menjadi bagian dari lahirnya pondok pesantren Hasan Jufri.
Sekembalinya K.H.Hasan Jufri ketanah kelahiran, tepatnya di Dusun Lebak , Desa lebak,Kecamatan Sangkapura Pulau Bawean, beliau membuka pengajian untuk Masyarakat setempat yang ingin mendalami ilmu agama. Langkah beliau mendapat respon positif dari masyarakat setempat. Dalam perkembangannya antusiasme masyarakat yang ingin belajar kepada beliau tidak hanya datang dari masyarakat setempat,bahkan dari masyarakat diseluruh Pulau Bawean, sehingga rumah beliau yang asalnya dijadikan tempat proses belajar mengajar ilmu-ilmu agama tidak lagi mampu menampung masyarakat yang ingin belajar kepada beliau. Melihat keadaan yang demikian, maka proses belajar mengajar dipindahkan ke Dusun Kebun Agung Desa Lebak. Pada awalnya proses belajar mengajar dilakukan di Mushalla yang diperioritaskan untuk santri mukim.walaupun pada saat itu belum banyak yang bermukim sebagai santri.
Dari waktu ke waktu, apa yang dilakukan K.H.Hasan Jufri mulai menuai hasil, di mana pengajian yang dibina K.H.Hasan Jufri mulai dikenal secara luas oleh masyarakat Bawean, walaupun pada awalnya pondok pesantren tidak memiliki nama sebagaimana pondok pesantren pada umumnya. Hal ini dikarenakan pengajian yang beliau bina hanya berlangsung di Musholla dan belum banyak santri yang mukim dalam waktu lama,kecuali sekedar menginap semalam sehabis mengikuti pengajian dimalam hari, maka wajar bila waktu itu pengajian yang diadakan di Dusun Kebun Agung belum dikenal sebagai pesantren.
Sepeninggal K.H.Hasan Jufri, dibawah kepemimpinan K.H.Yusuf Zuhri, Pondok Pesantren memasuki periode kedua, beliau adalah alumni pondok pesantren Sidogiri Pasuruan dan pondok pesantren Krapyak Yogyakarta. Dan dibawah kepemimpinan K.H.Yusuf Zuhri pengajian yang pernah diadakan K.H.hasan Jufri berusaha dipertahankan, walaupun terjadi sedikit perubahan yaitu pada fokus pembelajarannya, K.H.Yusuf Zuhri lebih memfokuskan pada pengkajian al Qur’an,dibandingkan mengkaji kitab-kitab klasik (kitab Kuning) yang menjadi ciri pesantren pada umumnya, hal ini bisa dipahami dengan melihat latar belakang beliau yang juga sebagai Hafidzul Qur’an ( penghafal al Qur’an).
Sepeninggal K.H.Yusuf Zuhri, maka tumpuk kepemimpinan diserahkan kepada K.H.Bajuri Yusuf, alumni pondok pesantren Krapyak Yogyakarta dibawah asuhan K.H.Ali Ma’shum dan alumni Universitas Baghdad. Dibawah kepemimpinan K.H.Bajuri Yusuf inilah, inisiatif untuk memberi nama pondok pesantren dengan nama Pondok Pesantren “HASAN JUFRI” bermula. Nama ini diambil dari nama K.H. Hasan Jufri, hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan terima kasih atas jasa beliau yang telah menjadi bagian dari lahirnya pondok pesantren Hasan Jufri.
Tahun 1981 resmi berdiri Yayasan pondok pesantren Hasan Jufri dibawah kepemimpinan dan kepengasuhan K.H.Bajuri Yusuf, pada masa awal beliau memimpin pondok pesantren Hasan Jufri, jumlah santri yang bermukim memang bisa dihitung dengan jari dan memang masih dikhususkan untuk santri putra saja. Tetapi beliau tetap sabar dan optimis dengan harapan dari jumlah lima akan berkembang menjadi 10, 20, 50 atau bahkan ratusan.
Pada tahun ( 1982-1983) Pondok Pesantren Hasan Jufri mulai menerima santri putri yang berjumlah satu orang dari Desa Dedawang Kecamatan Tambak,karena masih satu-satunya santri putri yang mukim saat itu,maka ditempatkan dirumah ibunda K.H.Bajuri Yusuf.keberadaan satu santri putri ini ternyata mampu menarik kedatangan santri-santri putri yang lain di tahun-tahun berikutnya.
Dengan semakin bertambahnya santri putri ,maka K.H.Bajuri Yusuf merasa perlu untuk menyediakan asrama khusus untuk para santri putri,namun hal ini terkendala biaya dan belum adanya lahan untuk pembangunan asrama santri putri, hingga akhirnya untuk sementara waktu para santri putri ditempatkan dirumah ibu Hanifah binti K.H.Yusuf Zuhri (adik K.H.Bajuri Yusuf)yang pada saat itu Ibu Hanifah binti K.H.Yusuf Zuhri masih berada di Kota Samarinda dalam waktu yang masih cukup lama.
Sekembalinya Ibu Hanifah binti K.H.Yusuf Zuhri kepulau Bawean, maka asrama santri putri Pondok Pesantren Hasan Jufri dipindahkan kelokasi dimana saat ini berada. Kemudian kepengasuhan pondok Pesantren Hasan Jufri Putri diserahkan kepada K.H. Mufid Helmi, jebolan Pondok pesantren Sidogiri dan kepada Ibu Nyai Hj.Nur Laili binti K.H.Yusuf Zuhri (adik dari K.H.Bajuri Yusuf)
Kegiatan pendidikan pesantren kala itu berpusat di Musholla, sebab belum memiliki bangunan-bangunan khusus yang berfungsi sebagai tempat pengajian klasikal. Tempat santri yang mukim juga dibangun berdampingan dengan Mushalla. Mulanya hanya berdiri satu kamar disesuaikan dengan jumlah santri yang ada, lambat laun santri semakin bertambah sehingga pembangunan kamar-kamar pun mulai bertambah. Pembangunan asrama untuk santri mukim, berasal dari sumbangsih masyarakat dan keluarga,khususnya dari para wali santri itu sendiri, sehingga setiap kamar identik dengan nama kampung mereka berasal, misalnya kamar Sumur-sumur, kamar Daun, kamar Balikbak dan lain sebagainya.
Proses belajar mengajar dipondok pesantren Hasan Jufri saat itu,sebagaimana pembelajaran dipondok pesantren umumnya, lebih kepada kajian kitab-kitab klasik menggunakan metode sorongan,klasikal dan bandongan.
Banyaknya dorongan dari wali santri yang menginginkan putra putrinya mendapat pendidikan formal dan sebagai upaya untuk menjawab tantangan zaman, maka Pada Tahun (1982-1983) Yayasan pondok pesantren Hasan Jufri dibawah kepemimpinan K.H.Bajuri Yusuf mendirikan lembaga formal pertama yaitu MadrasahTsanawiyah Hasan Jufri, dengan jumlah siswa perdana sebanyak 86 orang yang diikuti santri mukim dan non mukim, walaupun jumlah ini tidak terlalu banyak, namun untuk taraf lembaga pendidikan yang baru saja didirikan maka jumlah tersebut sudah lebih dari cukup. Seiring perjalanannya jumlah siswa di lembaga MTs Hasan Jufri dari tahun ketahun semakin meningkat. Tahun (1983-1984) jumlah siswa meningkat menjadi 186 siswa, hingga tahun 1993 jumlah siswa mencapai 370 siswa . Dan pada tahun ajaran (2017-2018) jumlah siswa keseluruhan mencapai kurang lebih 700-an siswa.
Yayasan Pondok Pesantren Hasan Jufri akan terus berusaha menjadi lembaga Islam yang berjuang untuk Izzatul Islam wal Muslimiin dan akan terus berbenah, baik dalam sistem pengajaran, pendidikan, kurikulum, kualitas, kuantitas dan sarana prasarana yang mampu menunjang keberhasilan proses belajar mengajar di Lembaga-lembaga yang berada dibawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Hasan Jufri, sehingga mampu mencetak generasi-generasi Islam, yang bermanfaat untuk dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, negara dan agamanya. WaAllahu al Musta’aan