Madrasah Diniyah | Terapkan Metode An Nahdliyah Pada Taraf Diniyah Ula
HASAN JUFRI - Metode An-Nahdliyah adalah salah satu metode membaca Al-Qur’an yang muncul di Kabupaten Tulungagung , Propinsi Jawa Timur. Metode ini disusun oleh sebuah Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Cabang Tulungagung.
Ditinjau dari segi arti, An-Nahdliyah adalah sebuah kebangkitan. Istilah ini digunakan untuk sebuah metode cepat tanggap membaca Al-Qur’an yang dikemas secara berjenjang satu sampai enam jilid. Istilah Cepat Tanggap Belajar Al-Quran An-Nahdliyah dikarenakan memang metodeloginya menggunakan sistem klasikal penuh.
Cara belajar dengan menggunakan hitungan ketukan stik secara berirama. Lahirnya metode ini didasari oleh beberapa pertimbangan, diantaranya :
1. Kebutuhan terhadap metode yang cepat dapat diserap oleh anak dalam belajar membaca al-Qur’an sangat dibutuhkan karena padatnya kegiatan yang dimiliki oleh hampir setiap anak yang sedang menempuh jenjang pendidikan sekolah formal.
2. Kebututuhan terhadap pola pembelajaran yang berciri khas Nahdliyin dengan menggabungkan nilai salaf dan metode pembelajaran modern.
3. Pembelajaran di TPQ terkait dengan pembelajaran pasca TPQ (Madrasah Diniyah) sehingga keberhasilan di TPQ akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan di Madrasah Diniyah serta pemahaman ilmu-ilmu agama yang lebih luas.
Dalam proses belajar mengajar An-Nahdliyah ada beberapa istilah, yaitu guru tutor, guru yang menyampaikan materi (guru yang paling fasih dan paling bagus di antara guru yang lain) dengan ciri khasnya stik (tongkat) sebagai panduan titian murottal sebagai ganti harkat (isyarat gerakan jari). Guru privat bertugas membina, mengevaluasi, dan memberi prestasi kepada santri. Syarat untuk bisa mengajar An-Nahdliyah di antaranya bisa membaca Al-Qur’an dengan baik, mempunyai loyalitas yang tinggi, dan sudah pernah mengikuti training.
Di Madrasah Diniyah Hasan Jufri, metode An-Nahdliyah ini sudah diterapkan sekitar tahun pelajaran 2013-2014. Teknisnya yaitu dengan mengaplikasikan sistem klasik namun dipadukan dengan membaca kitab khusus yang berjilid-jilid, sehingga ada tahap lulus dan tidak pada setiap tingkatan jilidnya.
Apabila sudah lancar dan fasih, maka santri bisa langsung beranjak ke ke jilid selanjutnya sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh asatidznya. Begitu pula sebaliknya, jika belum lancar dan belum tuntas maka belum bisa naik ke jilid selanjutnya.
Bapak Abdul Wafid, SH selaku kepala Madrasah Diniyah Hasan Jufri masih menggunakan metode An-Nahdliyah di Madrasah tingkat Ula. Namun di tingkat wustha dipastikan sudah lulus dari metode An-Nahdliyah, sehingga langsung pada kitab tajwid praktek, seperti kitab Hidayatus Shibyan dan lainnya.
Adapun dewan asatidz yang mengajar metode ini tentu sudah lulus diklat dan pelatihan An-Nahdliyah dan mendapatkan sertifikat dari pusat. Sehingga para pengajar metode An-Nahdliyah lebih konsisten memeberikan materi terhadap santri-santri di jenjang Madrasah Diniyah Ula (AF).