Dalam hidup sangatlah diperlukan kerukunan dan kesejahteraan Bersama,
dan hal tersebut dapat didapatkan dengan berakhlaqul karimah terhadap sesama
dan seseorang bisa dihormati oleh orang lain dengan akhlak yang mulia
Secara etimotogi akhlak terambil dari akar kata khuluk yang berarti
tabiat, muruah, kebiasaan, fitrah, atau naluri. Sedangkan secara syar'i,
seperti diungkapkan Imam Al-Ghazali, akhlak adalah sesuatu yang menggambarkan
perilaku seseorang yang terdapat dalam jiwa yang baik, yang darinya keluar
perbuatan secara mudah dan otomatis tanpa terpikir sebelumnya.
Allah Swt berfirman dalam Al-qur’an :
لَّقَدْ كَانَ
لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّـهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّـهَ
وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّـهَ كَثِيرًا ﴿٢١﴾
Artinya : “Sesungguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang sangat baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab[33]: 21)
Betapa banyak kemuliaan bagi seorang Muslim yang mengetahui akhlak
yang mulia dan kemudian dia berusaha mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam yang beliau adalah imamnya orang-orang yang berakhlak mulia.
Sebaik-baik panutan yang seharusnya kita contoh adalah Rasulullah
Saw karena Rasulullah Sawlah Uswatun Hasanah suri teladan yang sangat
baik. Rasulullah Saw bersabda :
أَكْمَلُ
الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
Artinya:“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang
terbaik akhlaknya”, (HR At-Tirmidzi no.1162).
Ø Kisah inspiratif islam tentang berakhlak mulia :
Di sebuah sudut jalan ada seorang pengemis buta yang setiap harinya
selalu mengumpat Rasulullah SAW. Ia berkata kepada setiap orang yang
mendekatinya, “Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad. Dia itu orang gila,
pembohong, tukang sihir. Apabila kalian mendekatinya maka kalian akan
dipengaruhinya!”
Tiada hal lain yang dilakukan si buta setiap hari, kecuali menengadahkan
tangan dan mengumpat meneriakkan kata-kata itu berulang kali. Namun demikian,
setiap hari di waktu pagi selalu ada seorang pria yang mendatangi pengemis itu
dengan membawakannya makanan. Dan, tanpa berucap sepatah kata pun, pria itu
selalu menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis buta itu.
Suatu ketika, pria yang biasanya datang memberinya makan tidak lagi
datang kepadanya. Pengemis buta itu semakin hari semakin lapar dan
bertanya-tanya dalam dirinya apa yang terjadi terhadap pria itu. Sampai suatu
pagi ada seorang pria yang mendatanginya dan memberinya makan.
Namun, ketika pria itu mulai menyuapinya, si pengemis buta itu
marah sambil menghardik, “Siapakah kamu? Engkau bukan orang yang biasa
mendatangiku!”
“Aku adalah orang yang biasa,” ujar pria itu.
“Tidak mungkin. Engkau bohong!” kata si pengemis buta itu.
“Sebab, apabila dia datang kepadaku, tidak susah tangan ini
memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah,” jawab pengemis buta itu lagi.
Mendengar jawaban si pengemis buta itu, pria tadi tidak dapat
menahan air matanya. Dia menangis sambil berkata kepada pengemis itu. “Aku
memang bukan orang yang biasa datang kepadamu. Aku adalah salah seorang dari
sahabatnya. Namaku Abu Bakar. Orang mulia yang biasa memberimu makan itu telah
meninggal dunia. Dia adalah Muhammad SAW.”
Pengemis buta itu terkejut. Tubuhnya bergetar. Tidak ada kata-kata
yang keluar dari mulutnya. Hanya air mata yang mengalir di pipinya. Deras,
seolah tak terbendung, mengenang “Manusia Mulia” yang selalu dimakinya setiap
hari. Subhanallah, sungguh keikhlasan dan kesabaran Rasulullah tiada tara.
اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Wallahu A’lam
Hafimultimedia