Jika kita melihat hidup sebagai pertempuran antara terang dan gelap, maka kita harus menilai segala sesuatu melalui mata. Allah berfirman : “sesuatu yang buta di dunia maka buta juga di akhirat”. {Surah Bani Israil, ayat 72}.
Bukan buta
mata yang di kepala melainkan buta yang di hati yang menghalang seseorang
melihat cahaya akhirat. Seperti dalam Firman Allah dalam Surah Hajj, ayat 46
yang berbunyi :“bukan matanya yang buta tetapi hatinya yang di dalam dada”.
Hati yang
buta disebabkan kelalain, yang membuat seseorang lupa kepada Allah dan lupa
kepada kewajiban mereka, ikrar mereka dengan Allah, ketika mereka masih berada
di dalam dunia. Sebab utama kelalaian adalah kejaliman terhadap kebenaran atas peraturan-peraturan
Allah.
Sebagian
daripada nilai-nilai itu yang mendatangkan kegelapan ialah sifat-sifat angkuh,
sombong, bohong, pengumpat, fitnah dan sifat-sifat keji. Sifat-sifat keji
itulah yang merendahkan ciptaan tuhan yang sangat baik sehingga jatuh kepada tahap
yang paling rendah.
Untuk membebaskan
seseorang dari sifat-sifat itu maka dia perlu menyucikan dan menyinarkan
hatinya. Penyucian ini dilakukan dengan mendapatkan pengetahuan, keberanian unttuk
melawan ego dan nafsu kita.
Dengan begitu, hati kita yang semula di kotori dengan sifat-sifat yang jelek (gelap) akan sirnah apabila hati kita selalu di sinari dengan sifat-sifat yang baik. dan barang siapa yang tak menyadari kalau sedang berjalan di kegelapan (keburukan), tak akan berusaha mencari cahaya (kebenaran).
"Terkadang kekelaman membuat kita tidak bisa memandang jelas kedepan, tetapi jika kita masih mengenggam pengharapan berarti kita masih memiliki masa depan."