Kisah Bisyr Al Hafi Dan Kisah Mistik Di Balik Kaki Telanjangnya
Nama lengkapnya beliau adalah Abu Nashr Bisyrbin al-Harits al-Hafi, di lahirkandi kota marwa (sekarang adalah marv) Turkmenistan dan pindah ke kota Baghdad. Ia adalah seorang sufi yang memiliki julukan has bak ulama dan sufi lainnya.
Pasalnya, julukannya tidak dinisbatkan dengan kota atau daerah kelahirannya, semisal Abu ‘Ali Ahmad bin ‘Isham al-Anthaki yang berasal dari kota Antiokia, dan tidak juga dengan nama yang di ambil dari para leluhurnya.
Awalnya, ia adalah seorang pemabuk aktif yang kemudian bertaubat dan memilih jalan tasawuf sehingga menjadi seorang sufi sejati, Suatu hari, saat ia masih berada dalam kondisi mabuk, ia lewat di jalan kota Baghdad. Tanpa disadari, ia tak sengaja menginjak secarik kertas yang bertulisan Nama Allah (atau, dalam redaksi lainnya lafadz (bismillahirrahmanirrahim ), yang tergeletak di atas tanah lantaran di tiup angin.
Kemudian Bisyr memungut kertas itu khawatir diinjak-ijak oleh orang-orang yang sedang lalu Lalang, tak hanya itu saja yang dia lakukan, ia pun sangat memperhatikan dan menghormati kertas itu. Ia bubuhkan wewangian dan ia letakkan di tempat yang layak dan bersih.
Hingga suatu malam, setelah kejadian itu, ia bermimpi, seakan-akan ada suara yang berbicara padanya, “Wahai Bisyr, karena kau telah mengharumkan (memuliakan) Nama-Ku, maka aku juga senantiasa mengharumkan namamu di dunia dan di akhirat kelak.”
Setelah kejadian yang ia alami, dan mimpi yang ia rasakan semalam, ia pun bertaubat dan menjalani aktifitas laiknya seorang asketis. Hingga pada saat ia mencapai klimaks dalam perenungan tentang tuhan, ia pun tak pernah beralas kaki.
Dan pada suatu saat, ia ditanya tentang perilaku di luar kebiasannya itu. Sontak ia menjawab dengan jawaban sederhana namun banyak makna, “Bumi ini adalah ‘karpetnya’. Dan kukira merupakan suatu hal yang kurang pantas berjalan di atasnya selagi masih ada sesuatu yang melekat antara kakiku dan karpetnya.
Dari peristiwa itulah ia memiliki julukan al-Hafi (orang yang bertelanjang kaki) hingga tersemat di sela sela namanya yang mulia hingga akhir hayatnya. Bahkan ada kisah lain yang menceritakan tentang disaat ia di tawari sepasang sandal untuk ia pakai.
Suatu ketika, Bisyr pergi ke rumah al-Mu’afi bin ‘Imron. Sesampainya ia di depan pintu rumahnya, ia mengetuk pintu dan terdengarlah jawaban dari dalam rumahnya, “Ya, siapa?” “Ini aku, Bisyr al-Hafi!” Jawabnya.
“Seandainya aku bisa menbelikanmu sepasang sandal, dengan harga dua perenam dirham dan Anda pakai, maka nama anda tidak lagi al-Hafi.” Celoteh anak perempuan dari dalam rumah, seakan akan ia menawarkan sandal untuk Bisyr di pakai.
Sayangnya, Bisyr sama sekali tidak menggubris dan tetap telanjang
kaki sampai akhirnya ia wafat.