Dalam Islam hati merupakan hal pokok dari segala perilaku manusia, jika hatinya baik maka perilakunya akan baik, akan tetapi apabila hatinya buruk maka akan berakibat buruk terhadap perilaku manusia. Sebagaimana Sabda Rosulullah shallallahu alaihi wasallam:
أَلَا
إِنَّ
فِي
الجَسَدِ
مُضْغَةً
إِذَا
صَلَحَتْ
صَلَحَ
الجَسَدُ
كُلُّهُ,
وَإِذَا
فَسَدَتْ
فَسَدَ
الجَسَدُ
كُلُّهُ؛
أَلَا
وَهِيَ
القَلْبُ
artinya: “Ingatlah, dan sesungguhnya di dalam hati itu terdapat segumpal darah. Jika ia baik, baik (pula) seluruh tubuh. Dan bila ia rusak, rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah, ia adalah hati.”. Hadis ini diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim (Muttafaqun Alaih).
keadaan hati seseorang digambarkan dalam beberapa cara. Misalnya, hati yang tenteram, yakni lantaran orang itu beriman dan selalu mengingat Allah SWT.
Dalam Alqur’an Allah Swt berfirman:
الَّذِيْنَ
اٰمَنُوْا
وَتَطْمَىِٕنُّ
قُلُوْبُهُمْ
بِذِكْرِ
اللّٰهِ
ۗ
اَلَا
بِذِكْرِ
اللّٰهِ
تَطْمَىِٕنُّ
الْقُلُوْبُ
ۗ
Artinya: "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS ar-Ra'd: 28).
3
hal yang membersihkan hati:
Alhabib
Umar bin Muhammad bin Hafidz berkata: “Kita dapat meraih cahaya didalam hati
dengan tiga perkara, dengannya hati kita akan menjadi bersih dan bercahaya.”
· Membaca
Alqur’an dengan tadabbur dan tartil.
Luangkanlah waktu
untuk membaca Alqur’an pada siang dan malam hari.
· Zikir
kepada Allah dengan adab dan menghayati
Lazimkanlah berzikir
dengan adab dan khusyu’, hanya dalam satu minggu, cahaya akan masuk kedalam
hati kita,
· Melakukan
shalat malam
Dengan hati dan anggota badan yang menunduk.
Ketiga hal ini akan
membersihkan hati dan meneranginya, dan perkuatlah ketiga hal ini dengan factor
pendukung lainnya, supaya memperlancar dalam melakukannya, apa saja?
Yang pertama dengan tidak banyak makan, dan menjauhi orang-orang yang lalai, dan menjauhi hal-hal yang tidak penting.
Jika hati kotor maka nasehat tidak masuk, ilmu tidak masuk dan hafalan menjadi lemah karena maksiat. Suatu hari imam Syafi’I mengadu kepada gurunya Imam Waki' tentang tentang jeleknya hafalannya. Padahal Imam Syafi'i terkenal dengan hafalan yang luar biasa.
Imam Syafi’i
rahimahullah pernah berkata:
شَكَوْت إلَى وَكِيعٍ سُوءَ حِفْظِي فَأَرْشَدَنِي إلَى تَرْكِ الْمَعَاصِي وَأَخْبَرَنِي بِأَنَّ الْعِلْمَ نُورٌ وَنُورُ اللَّهِ لَا يُهْدَى لِعَاصِي
Artinya: “Aku pernah
mengadukan kepada Waki’ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku
untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah
mungkin diberikan pada ahli maksiat.” (I’anatuth Tholibin, 2: 190).
Wallahua’lam