Hati adalah jantung dari kepribadian manusia. Tuhan sangat menekankan pentingnya memperhatikan kondisi hati setiap hamba-Nya. Hati yang dijaga dengan baik akan selalu memancarkan kekuatan iman, membuat seseorang menjadi lebih tenang dan dalam melakukan kebaikan.
Sebagai mahluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendiri karena Tuhan telah menentukan bahwa mereka saling membutuhkan satu sama lain. Masing-masing membutuhkan interaksi yang baik untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karena itu, ada dua jenis hubungan yang penting untuk diperhatikan, yaitu hubungan vertikal (hubungan dengan Tuhan) dan hubungan horizontal (hubungan dengan sesama manusia).
Dalam ajaran Islam, ada tiga kata kunci yang saling melengkapi dalam membentuk harga diri seseorang, yaitu izzah (kemuliaan diri), muru'ah (menjaga kehormatan diri), dan iffah (menahan diri). Ketiganya saling berhubungan dan memiliki arti yang saling melengkapi. Izzah juga bermakna keagungan, kehormatan, dan kekuatan.
Saat kita mendengar istilah "izzul Islam", ini menunjukkan betapa mulianya Islam bagi kehidupan manusia. Harga diri harus ada dalam hati setiap orang, yang bisa didapat dengan mencintai Tuhan kita dan menjalani hidup sesuai dengan aturan-Nya.
Mur'ah memiliki arti menjaga kehormatan diri, menurut Syekh Imam Mawardi dalam buku Adab Ad-Dunya wad-Din.
Mur'ah berarti memastikan tindakan kita tetap sesuai dengan nilai-nilai utama dan tidak menimbulkan keburukan atau membuat diri kita merasa malu."
"Menurut ajaran Islam, ada tiga sifat yang membentuk harga diri seseorang, yaitu izzah (kemuliaan diri), muru'ah (menjaga kehormatan) dan iffah (menahan diri). Izzah berarti keagungan, kehormatan, dan kekuatan diri. Muru'ah berarti menjaga tingkah laku sehingga selalu berada pada keadaan terbaik dan tidak menimbulkan keburukan. Sementara iffah berarti kemampuan untuk mengendalikan hasrat dan dorongan hawa nafsu.
Orang yang memiliki harga diri adalah yang mampu menunjukkan kemuliaan ('izzah), menjaga kehormatannya (muru'ah), dan menahan diri ('iffah) dari tindakan maksiat dan yang dilarang oleh syariat."
"Untuk pertama, penting bagi kita memiliki keyakinan yang kuat pada Allah. Ini adalah pondasi utama dalam menjaga sifat 'iffah. Keyakinan pada Allah memberikan perlindungan dari perilaku buruk yang dilarang oleh ajaran Islam.
Menurut tafsir Imam Ibnu Katsir, Umar pernah bertanya kepada temannya, Ubai bin Ka'ab, tentang arti takwa. Umar kemudian ditanya apakah dia pernah melewati jalan berduri. Umar menjawab ya. Kemudian dia ditanya apa yang dia lakukan dan Umar menjawab bahwa dia berjalan dengan sangat hati-hati agar tidak terkena duri. Lalu dikatakan bahwa itulah takwa. Orang yang memiliki keyakinan yang kuat pada Allah akan berhati-hati dalam setiap langkahnya dan terhindar dari godaan syahwat dan tindakan maksiat."
Wallahu A'lam