Menjadi bijaksana adalah kunci untuk menghindari sifat sombong yang merusak. Kita harus selalu mengingat bahwa di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna dan setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk merasa lebih baik atau lebih rendah dari orang lain.
Sebaliknya, mari kita belajar untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Kita harus berusaha untuk menjadi manusia yang rendah hati, bijaksana, dan memiliki sikap yang terbuka terhadap kritik dan saran dari orang lain. Dengan begitu, kita dapat terus tumbuh dan berkembang sebagai individu yang lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat.
Janganlah biarkan sombong menguasai diri kita, karena itu hanya akan menghancurkan kehidupan kita dan hubungan dengan orang lain. Mari kita jadikan kesombongan sebagai tantangan untuk memperbaiki diri dan menjadi manusia yang lebih baik setiap harinya. Dengan begitu, kita dapat meraih kesuksesan sejati dan kebahagiaan yang abadi di dunia dan di akhirat.
Padahal Al-Quran telah mengingatkan kepada kita tentang larangan sombong, yang sejatinya kesombongan sesama makhluk hanyalah ilusi dan fatamorgana. Seperti pepatah yang menyebutkan bahwa di atas langit masih ada langit, dan seterusnya.
“Dan janganlah engkau berjalan di bumi dengan berlagak sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi, dan engkau tidak akan dapat menyamai setinggi gunung-gunung.” (QS. Al-Isra' Ayat 37).
Al-Qur’an sangat pantas menganalogikan kesombongan makhluk bernama manusia dengan makhluk bernama bumi dan gunung-gunung. Sehingga manusia yang berakal di bandingkan dengan gunung yang tidak berakal saja tidak akan pernah bisa menyamainya secara fisik. Padahal segala sesuatu yang diberikan Allah kepada kita, berupa nikmat lahir dan bathin harus kita syukuri, karena jika kita bersyukur maka Allah akan menambah nikmat tersebut.
Secara umum sombong memiliki dua kategori, yakni merasa dirinya lebih sedang yang lainnya kurang. Merasa dirinya lebih pintar sedang yang lainnya kurang pintar. Merasa bahwa pencapaian yang ia dapatkan semata-mata hanya karena usahanya sendiri. Dia akan merasa bahwa orang lain belum tentu bisa menyamai pencapaian yang ia dapatkan.
Ada beberapa ciri-ciri sifat sombong yang harus kita waspadai dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya :
Pertama, suka pamer. Ini adalah tanda paling mencolok dari orang yang sombong. Menampilkan segala sesuatu yang dimiliki namun dengan niat menyombongkan diri. Dalam Islam diperbolehkan menampakkan kenikmatan yang diberikan Allah kepada kita namun harus dilandasi karena rasa syukur. Seperti Allah menyuruh menggunakan perhiasan dan pakaian mewah ketika mendatangi masjid untuk beribadah.
Intinya jika menyembah Allah maka gunakanlah perhiasan dan harta yang telah diberikan Allah kepada kita. Jangan sampai terbalik, ketika pergi ke masjid, menyembah Allah justru hanya menggunakan sarung lusuh, baju koko yang warnanya sudah kumuh, peci yang berwarna merah, tidak menggunakan parfum.
Sedang ketika mau bertemu manusia seperti pacar, pejabat, tokoh adat, tokoh agama, pakaian kita sangat rapi wangi dan gemerlap. Ini sangat ironis, padahal kemewahan yang diberikan Allah sangat pantas di persembahkan juga kepada Allah, bukan kepada makhluk.
Kedua, sikap yang kasar. Biasanya orang yang sombong akan sering menghina dan mengejek orang lain. Entah menghina fisiknya atau mentalnya. Seperti kulit putih menghina kulit hitam. Hidung mancung menghina yang pesek, badan tinggi menghina yang cebol, rambut lurus dan ikal yang menghina keriting, dan sebagainya.
Padahal fisik bawaan dari lahir merupakan ciptaan Allah, pemberian-Nya yang terbaik bagi hambanya. Jika kita menghina ciptaan Allah berarti kita menghina penciptanya.
Ketiga, selalu merasa benar. Merasa benar itu tidak dibenarkan jika menganggap selain dirinya salah, keliru dan sesat. Memiliki keyakinan atau dogma bahwa dirinyalah yang paling benar yang lainnya salah, ini merupakan sikap sombong. Seperti yang umum terjadi di dunia, bahwa jika merasa organisasinya, madzhabnya, komunitasnya, lembaganya paling benar sendiri sedang yang lain salah dan sesat, ini justru yang salah dan sesat. Karena meniadakan keberagaman yang sengaja diciptakan oleh Allah swt.
“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?” (QS Yunus : 99)
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al-Hujurat ayat 13).
Keempat, meniadakan kehendak Allah. Orang yang sombong biasanya merasa bahwa semua keberhasilan merupakan hasil dari usahanya sendiri dan meniadakan bantuan orang lain, bahkan bantuan yang tidak terlihat yakni takdir Tuhan. Padahal keberhasilan manusia merupakan seratus persen kehendak Tuhan. Tanpa kehendak Tuhan segala sesuatu tidak akan terwujud.
Apa yang harus kita sombongkan? Meski belajar sepanjang hari, jika Allah tidak mengendaki (kun) maka tidak akan terjadi (fayakun). Meski bekerja sepanjang hari, jika Allah belum menghendakinya kaya, maka tidak akan kaya.
Contoh sederhananya saja, ketika kita cerdas dan pintar itu sebenarnya bukan hasil kita sendiri. Ada ratusan dan ribuan guru yang mendidik kita, mulai dari TK, SD, SMP, SMA, kuliah S1, S2 dan S3. Belum ditambah sekolah diniyah, TPA, TPQ, bimbel, les, dan mungkin masih banyak lagi. Merekalah yang sudah menjadikan seorang manusia menjadi cerdas. Tanpa mereka semua, seseorang tidak ada apa-apanya, tidak ada harganya. Lalu apa yang harus di sombongkan?