Rasulullah memiliki seorang sahabat dari kalangan Anshar yang sangat jenaka bernama Nuaiman bin Ibnu Amr bin Raf'ah. Kisahnya menceritakan bahwa ketika ingin bertemu dengan Rasulullah, Nuaiman selalu minum khamar agar mabuk.
Ia melakukan ini karena pasti akan ditegur oleh Rasulullah saat bertemu, dan teguran tersebut membuat Nuaiman merasa bangga. Baginya, teguran itu menunjukkan perhatian Rasulullah kepadanya, meskipun keesokan harinya ia kembali minum khamar.
Suatu saat, Rasulullah sedang sedih karena ditinggalkan oleh dua orang yang sangat dicintainya. Nuaiman yang melihat keadaan Rasulullah yang sedih, dengan inisiatif mencoba membuatnya tersenyum. Ia kemudian pergi menemui Zaed bin Tsabit, seorang penjual kambing.
Nuaiman memesan dua ekor kambing untuk diberikan kepada Rasulullah dan meminta Zaed mengantarkannya. Ketika Zaed bertanya tentang pembayarannya, Nuaiman menjawab bahwa Rasulullah yang akan membayar.
Tanpa ragu, Zaed berangkat mengantarkan kambing-kambing tersebut kepada Rasulullah dan mengatakan bahwa itu adalah hadiah dari Nuaiman. Rasulullah pun tersenyum mendengar kabar tersebut dan mengucapkan terima kasih. Namun, Zaed masih berdiri di hadapan Rasulullah.
Kemudian Rasulullah bertanya mengapa Zaed masih berdiri di situ, lalu dengan malu-malu Zaed menjawab bahwa Nuaiman meminta Rasulullah untuk membayar. Dalam keadaan sedih, Rasulullah tersenyum untuk kedua kalinya, terutama setelah melihat Nuaiman yang mengintip dari balik tembok.
Pada suatu waktu, saat Nuaiman meninggal dunia, Rasulullah sendiri yang mengkafani dan menurunkannya ke dalam liang lahat. Setelah pemakaman selesai dan semua orang yang memberikan takziah bubar, Rasulullah memerintahkan sahabat-sahabat yang lain untuk pulang.
Namun, Rasulullah tetap tinggal di atas kubur Nuaiman karena ingin menyaksikan saat malaikat Munkar dan Nakir menanyakan Nuaiman. Ketika malaikat Munkar dan Nakir bertanya, "Siapa Tuhanmu?", Nuaiman menjawab, "Allah adalah Tuhan ku".
Kemudian, Nuaiman ditanya oleh malaikat Munkar dan Nakir, "Siapa Nabimu?" Namun, Nuaiman meminta pertanyaan itu diulang, karena malaikat tersebut mengucapkannya dengan suara yang cukup keras. Mendapat pertanyaan yang keras dari malaikat, Nuaiman menjawab, "Jangan terlalu keras bertanya siapa Nabi saya, karena beliau sedang mengintip dari atas," ujar Nuaiman.
Melalui jawabannya yang lucu itu, Rasulullah tetap bisa tersenyum saat Nuaiman menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir. Inilah kisah jenaka Nuaiman yang sering membuat Rasulullah tersenyum.
Melalui kisah Nuaiman, kita diajak untuk merenungkan pentingnya kehadiran teman-teman jenaka dalam kehidupan kita. Mereka adalah hiburan dan penyemangat ketika kita sedang dalam kesedihan atau kesulitan. Semoga kisah ini menginspirasi kita untuk menghargai humor dan keceriaan dalam hidup, serta menjadi sumber kegembiraan bagi orang-orang di sekitar kita.