Nabi Daud AS adalah salah satu dari banyak nabi utusan Allah. Beliau memiliki banyak anak, salah satunya adalah Nabi Sulaiman AS. Nabi Daud AS juga merupakan keturunan Nabi Ibrahim AS dari anaknya Nabi Ishaq AS.
Nabi Daud menetap di Kota Bethlehem, Palestina, dan setelah terbunuhnya Raja Thalut, beliau menjadi pemimpin Bani Israil. Sebagai seorang pemimpin, Nabi Daud selalu memberikan keputusan yang adil dan bijaksana.
Salah satu kisah menarik yang melibatkan Nabi Daud adalah ketika beliau melawan Jalut dalam suatu pertempuran. Kisah ini dikutip dari buku "Dahsyatnya Doa Para Nabi" yang ditulis oleh Syamsuddin Noor.
Pasukan Raja Thalut
Setelah kewafatan Nabi Musa AS, kaum Bani Israil menjadi tanpa seorang pemimpin. Allah SWT memberikan petunjuk dengan mengutus Samuel, seorang Nabi, kepada Bani Israil. Kemudian, Thalut dipilih dan diangkat sebagai raja mereka.
Raja Thalut mengorganisir kekuatan militer dengan mengumpulkan para pemuda dan orang-orang yang masih kuat untuk membentuk tentara. Mereka dilatih secara intensif untuk menghadapi bangsa yang dikenal kuat, berani, dan telah lama menguasai Palestina.
Saat Thalut merekrut orang-orang menjadi tentara, Nabi Daud dan dua orang kakaknya diperintahkan oleh ayah mereka untuk bergabung dalam barisan pasukan Thalut. Namun, ayah mereka juga memberi pesan kepada Nabi Daud agar berada di barisan belakang karena ia masih sangat muda dan tidak berpengalaman dalam berperang.
Thalut menguji disiplin tentaranya, apakah mereka akan mengikuti perintahnya sebagai seorang raja. Dalam ujian tersebut, sebagian besar pasukan tidak mematuhi perintahnya, hanya sedikit yang patuh, termasuk Nabi Daud AS.
Melihat pelanggaran yang terjadi, Thalut tetap bertekad untuk mempertahankan tanah Palestina dan memimpin mereka menuju medan perang. Ia hanya bisa mengandalkan sebagian kecil dari pasukannya.
Mereka tiba di medan perang dan berhadapan dengan pasukan musuh. Banyak anggota pasukan Thalut merasa takut melihat musuh mereka yang kuat dan dilengkapi dengan peralatan perang lengkap.
Pasukan musuh dipimpin oleh seorang panglima bernama Jalut, yang terkenal karena keberaniannya, keahliannya dalam berperang, dan tidak pernah terkalahkan. Setiap orang yang berhadapan dengannya pasti akan tewas.
Dikatakan bahwa pasukan Jalut berjumlah sekitar 8.000 orang, sedangkan pasukan Raja Thalut hanya terdiri dari 300 orang, termasuk Nabi Daud AS.
Timbul rasa takut dan kegelisahan di pihak pasukan Thalut. Namun, sebagian kecil dari mereka yang tetap setia pada Thalut tidak gentar menghadapi Jalut dan pasukannya.
Mereka memiliki keyakinan dan tawakal kepada Allah SWT. Mereka siap untuk berjuang dan rela mengorbankan nyawa mereka demi merebut kembali rumah dan tanah mereka.
Kelompok yang setia menyemangati kawan-kawannya itu, lalu berdoa kepada Allah SWT sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 250:
وَلَمَّا بَرَزُوْا لِجَالُوْتَ وَجُنُوْدِهٖ قَالُوْا رَبَّنَآ اَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَّثَبِّتْ اَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ
Artinya: Ketika mereka maju melawan Jalut dan bala tentaranya, mereka berdoa, "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir."
Melawan Jalut Dengan Ketapel
Pertempuran pun dimulai, panglima Jalut keluar dari barisan dengan mengenakan baju besinya, menantang pasukan Thalut untuk bertanding dalam pertarungan satu lawan satu.
Namun, tidak ada dari pasukan Bani Israil yang berani keluar. Jalut mencemooh dan menghina pasukan Thalut. Pasukan Bani Israil menjadi ketakutan dan ragu-ragu menghadapi Jalut.
Mendengar kesombongan Jalut, Nabi Daud melupakan pesan ayahnya untuk tidak berperang di barisan depan. Ia menawarkan diri dan meminta izin kepada Raja Thalut untuk melawan Jalut.
Thalut merasa berat dan ragu-ragu, terutama karena Nabi Daud hanyalah seorang pengembala kambing yang kecil dan tidak memiliki pengalaman berperang.
Nabi Daud kemudian berkata, "Jangan terpengaruh oleh usiaku yang masih muda dan penampilanku yang lemah. Aku tahu engkau ragu dan khawatir melepaskanku melawan Jalut. Ingatlah, kemenangan dalam pertempuran tidak hanya ditentukan oleh kekuatan fisik dan ukuran tubuh semata. Yang lebih penting adalah keberanian, keyakinan, dan keteguhan hati. Percayalah kepada Allah SWT, Dia yang akan menentukan nasib kita."
Akhirnya, Thalut memberikan izin kepada Nabi Daud dan memberinya pedang, helm besi, dan zirah. Namun, Nabi Daud enggan mengenakannya karena merasa berat dan tidak terbiasa.
Nabi Daud tidak memiliki pengalaman dalam pertempuran dan bahkan tidak memiliki pedang. Ia hanya membawa sebuah tongkat, beberapa batu kerikil, dan sebuah katapel untuk melemparkan batu-batu tersebut.
Melihat itu, Raja Thalut bertanya, "Bagaimana engkau bisa bertarung dengan hanya tongkat, katapel, dan batu-batu itu, sedangkan Jalut bersenjata pedang, panah, dan perlengkapan perang lengkap?"
Nabi Daud menjawab, "Allah akan melindungiku. Seperti taring singa dan kuku beruang yang akan melindungiku dari pedang dan panah Jalut yang zalim."
Nabi Daud maju keluar dari barisan Bani Israil dan menuju ke arah Jalut. Melihat Nabi Daud, seorang pemuda tanpa senjata, tanpa helm besi dan zirah, Jalut berkata,
"Apa gunanya tongkat yang engkau bawa itu? Untuk mengejar anjing atau memukul anak-anak seusiamu? Di mana pedang dan zirahmu? Sepertinya engkau sudah bosan hidup dan ingin mati, padahal engkau masih muda. Engkau belum merasakan sukacita dan penderitaan kehidupan. Engkau masih harus belajar banyak dari pengalaman. Majulah ke mari! Aku akan mengakhiri hidupmu dalam sekejap. Dagingmu akan menjadi santapan binatang di darat dan burung di udara."
Nabi Daud menjawab, "Engkau boleh membanggakan helm besi dan zirahmu.Engkau boleh merasa kuat dan perkasa dengan pedang dan panahmu. Namun, ingatlah! Itu semua tidak akan mampu menyelamatkan nyawamu dari tangan yang masih lembut ini. Aku datang ke sini dengan nama Allah SWT, Tuhan Bani Israil yang telah engkau hinakan, engkau jajah, dan engkau tundukkan. Tidak lama lagi, engkau akan menyadari apakah pedang dan panah yang akan mengakhiri hidupku, atau kehendak dan kekuasaan Allah SWT yang akan merebut nyawamu dan mengirimkanmu ke neraka Jahannam?"
Jalut mendekati Nabi Daud. Sebelum Jalut bisa mendekat, Nabi Daud melemparkan batu dengan ketapelnya tepat mengenai dahi Jalut. Darah mengalir deras dari kepala Jalut dan menutupi matanya.
Dengan izin Allah SWT, pada lemparan batu kedua dan ketiga, Jalut jatuh tersungkur. Ia tergeletak di tanah, menghembuskan napas terakhirnya. Kematian Jalut membuat pasukan musuhnya mundur dan melarikan diri dikejar oleh pasukan Thalut.
Sebagai balasan atas kemenangan melawan Jalut, Nabi Daud dijadikan menantu oleh Raja Thalut. Ia menikahi putri Thalut yang bernama Mikyal. Sesuai dengan janji Thalut bahwa putrinya akan dinikahkan dengan orang yang berhasil mengalahkan Jalut.
Nabi Daud juga diangkat sebagai penasihat dan orang kepercayaan Raja Thalut. Ia sangat dihormati dan disanjung oleh mertuanya serta seluruh rakyat Bani Israil.