Perang Tabuk merupakan salah satu peristiwa bersejarah yang terjadi pada bulan Rajab. Perang ini juga menjadi pertempuran terakhir yang diikuti oleh Rasulullah SAW. Tabuk merupakan nama sebuah tempat yang terletak antara Wadil Qura dan Syam. Peperangan ini juga dikenal sebagai Ghazwah Al-Usrah, yang berarti Perang Kesulitan.
Menurut buku Perang Hunain dan Perang Tabuk yang diterje0mahkan oleh Muhammad Ridha dan H. Anshori Umar Sitanggal Abu Farhan, Perang Tabuk terjadi pada bulan Rajab tahun ke-9 H. Dalam kalender Masehi, diperkirakan peristiwa ini terjadi antara bulan September-Oktober 630 M.
Perang Melawan Kaum Romawi
Perang Tabuk menjadi perang terakhir yang secara langsung diikuti oleh Rasulullah SAW. Saat hendak berangkat ke medan perang, Rasulullah merasakan cuaca yang sangat panas, sementara musim tersebut juga merupakan musim kelaparan.
Karena kondisi tersebut, Rasulullah SAW tidak menggunakan metode tauriyah (sindiran) seperti yang biasa dilakukannya dalam peperangan sebelumnya, untuk menjelaskan tujuan keberangkatannya. Pada perang ini, beliau menjelaskan kepada para sahabat bahwa mereka akan menghadapi pasukan Romawi.
Cuaca yang sangat panas saat Perang Tabuk membuat orang-orang terpaksa menyembelih unta dan minum air yang tersimpan di kantong-kantong kecil di perut unta tersebut. Inilah sebabnya perang ini juga dikenal sebagai Ghazwah Al-Usrah, yang berarti perang yang dilakukan dalam masa kesulitan dan keterbatasan.
Kisah perang Tabuk tercatat dalam Al-Qur'an surat At-Taubah Ayat 117
لَّقَد تَّابَ ٱللَّهُ عَلَى ٱلنَّبِىِّ وَٱلْمُهَٰجِرِينَ وَٱلْأَنصَارِ ٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُ فِى سَاعَةِ ٱلْعُسْرَةِ مِنۢ بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيغُ قُلُوبُ فَرِيقٍ مِّنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ ۚ إِنَّهُۥ بِهِمْ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Artinya: Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka.
Penyebab Perang Tabuk
Perang Tabuk terjadi sebagai akibat dari penaklukan Kota Makkah (fatḥu Makkah), yang merupakan momen puncak kemenangan bagi umat Islam. Setelah Makkah berada di bawah kekuasaan Muslim, banyak orang musyrik yang memeluk Islam.
Namun, meskipun keadaan di Makkah telah stabil, masih ada ancaman besar dari Kekaisaran Romawi. Konflik antara umat Islam dan Romawi sudah dimulai sejak terbunuhnya seorang sahabat Rasulullah yang bernama Al-Harits bin Umair oleh Syurahbil bin Amr al-Ghassani. Sebagai respons terhadap pembunuhan tersebut, Rasulullah mengirim pasukan di bawah komando Zaid bin Haritsah untuk menyerang pasukan Romawi di Mu'tah. Setelah pertempuran itu, beberapa suku Arab mulai melepaskan diri dari kekuasaan Romawi dan bergabung dengan umat Islam.
Kekaisaran Romawi kemudian mengumpulkan pasukan besar di wilayah Syam sebagai persiapan untuk menghancurkan pasukan Muslim. Kabar mengenai rencana penyerangan tersebut mulai tersebar di kalangan umat Muslim, meskipun masih samar. Menyadari bahwa Romawi merupakan kekaisaran yang sangat ditakuti pada masa itu, masyarakat Muslim di Madinah menjadi cemas. Mereka khawatir bahwa Romawi tiba-tiba akan menyerang Madinah dan menghancurkannya.
Sejumlah orang dari Syam datang ke Madinah dengan membawa berita bahwa Kaisar Heraklius telah menyiapkan pasukan besar yang terdiri dari 40.000 prajurit. Beberapa suku Arab Nasrani seperti suku Lakhm, Judzam, dan lainnya juga bergabung dengan pasukan Romawi. Informasi ini menambah kekhawatiran umat Muslim di Madinah.
Para Sahabat Rasulullah SAW Bersedekah Untuk Perang Tabuk
Rasulullah SAW mengajak para sahabatnya untuk berangkat dan memberi tahu tujuan mereka dalam Perang Tabuk. Beliau juga mengirim delegasi ke Makkah dan suku-suku Arab lainnya untuk mengajak mereka bergabung dalam perang tersebut.
Rasulullah SAW memerintahkan mereka semua untuk bersedekah dan memberikan infak serta memberi bekal kepada mereka yang tidak memiliki persediaan untuk perjalanan. Para sahabat Rasulullah SAW datang dengan membawa banyak sedekah.
Abu Bakar Ash-Shiddiq menyumbangkan seluruh hartanya senilai 40.000 dirham.
Rasulullah bertanya kepadanya, "Apakah yang kamu sisakan untuk keluargamu?
" Abu Bakar menjawab, "Aku sisakan mereka untuk Allah dan Rasul-Nya."
Kemudian, Umar datang dengan menyumbangkan separuh dari hartanya.
Rasulullah bertanya kepadanya, "Apakah yang kamu sisakan untuk keluargamu?
" Umar menjawab, "Ya, separuh dari hartaku."
Abdurahman bin 'Auf menyumbangkan 200 uqiyah, Ashim bin Adi memberikan satu wasaq kurma sebagai sedekah, dan Utsman memberikan sepertiga dari seluruh persediaan pasukan.
Setelah persiapan yang matang, pasukan Muslim bergerak menuju Tabuk dengan jumlah sekitar 30.000 prajurit, sedikit lebih sedikit dari pasukan Romawi. Meskipun banyak sumbangan yang terkumpul, ternyata masih belum cukup untuk pasukan sebesar itu.
Namun, ketika pasukan Muslim tiba di wilayah Tabuk, pihak musuh mengajukan perdamaian dengan membayar upeti. Dengan demikian, kemenangan berada di pihak umat Muslim, meskipun pertempuran tidak terjadi.
Sejak saat itu, pasukan Muslim semakin kuat karena mereka berhasil mengalahkan kekaisaran Romawi yang besar. Suku-suku Arab yang sebelumnya mendukung Romawi sekarang bergabung dengan pasukan Muslim.
Kisah Perang Tabuk memberi kita pelajaran berharga tentang pentingnya persiapan yang matang, solidaritas, dan kekuatan iman dalam menghadapi cobaan dan tantangan dalam hidup. Peristiwa ini menginspirasi umat Muslim untuk tetap teguh dalam menjalankan ajaran agama dan berjuang demi kebaikan umat dan agama Allah SWT.