2 sosok Pahlawan yang berperan penting dalam kemerdekaan negara Indonesia
1. Kisah Pahlawan Bung Tomo
Pahlawan Nasional kelahiran Surabaya ini mungkin familiar kamu lihat pada poster yang menggambarkan semangat nasionalisme. Memang, tokoh yang satu ini dikenal sebagai Pahlawan Nasional yang memiliki orasi berapi-api.
Sutomo, atau lebih akrab disapa Bung Tomo, merupakan salah satu tokoh yang berperan untuk melawan sekutu dalam pertempuran 10 November 1954. Setelah bergabung dengan Gerakan Rakyat Baru dan Pemuda Republik Indonesia, beliau menyiarkan orasi untuk membakar semangat rakyat melalui radio-radio.
Bung Tomo juga pernah menjabat sebagai Menteri pada pemerintahan Soekarno, walau kemudian beliau mundur dari jabatan ini dan meninggalkan dunia politik. Ayah dengan lima anak ini juga sempat dipenjara karena melayangkan kritik ke Soeharto.
Sekeluarnya dari penjara, Bung Tomo memfokuskan perhatiannya pada keluarga dan agama. Beliau kemudian meninggal di usia 61 tahun saat tengah melakukan ibadah Haji. Namanya kini dikenang sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia.
2. Kisah Pahlawan Sultan Hasanuddin
Salah satu Pahlawan Nasional yang sangat dikenal di Sulawesi adalah Sultan Hasanuddin. Ia adalah Raja Gowa yang ke-16, naik tahta berkat kecerdasan dan kemampuannya dalam diplomasi serta perdagangan. Keberanian yang melekat padanya juga membuat Belanda memberinya julukan De Haantjes can Het Osten (Ayam Jantan dari Timur).
Lahir di Makassar pada tahun 1631, sejak kecil Hasanuddin sering mendampingi ayahnya, Sultan Malikussaid, dalam diskusi-diskusi penting. Hasanuddin tumbuh menjadi sosok yang cerdas dan penuh keberanian. Selain menjadi dekat dengan rakyat, ia juga sering diutus sebagai utusan ke kerajaan dan wilayah lain.
Ketika menjadi raja, Sultan Hasanuddin berada di garis depan dalam perlawanan melawan Belanda. Konflik berkepanjangan ini akhirnya dimenangkan oleh Belanda melalui perang saudara yang mereka dalangi melalui Arung Palakka.
Setelah turun dari tahta, Sultan Hasanuddin mengabdikan dirinya sebagai guru agama Islam. Ia wafat pada tahun 1670, dan dengan teguh menolak pengaruh Belanda hingga akhir hayatnya.
Semoga Allah subhanahu wataala memberi balasan kepada beliau berdua atas jasanya kepada bangsa ini dan dijadikan contoh oleh pemuda2 masa kini dalam mempertahankan NKRI