Mendekatlah saat yang ditunggu-tunggu di Pesantren Hasan Jufri, di mana gemuruh ujian takhassus akan segera menghampiri. Dari sudut pandang ini, semakin jelas terlihat semangat para santri yang mulai terpancar dalam kegiatan moraja'ah dan muthola'ah. Ini adalah momen di mana pelajaran-pelajaran yang telah dihayati sebelumnya kembali dihadirkan, diperbaharui, dan diperdalam.
Buku-buku dan catatan-catatan menjadi sahabat setia, membantu para santri menjelajahi kembali puncak-puncak ilmu yang telah mereka daki. Ruang-ruang pesantren pun menjadi saksi bisu dari konsentrasi yang mendalam, saat santri-satri ini merenungi ayat demi ayat, halaman demi halaman. Langkah demi langkah, mereka menelusuri lorong-lorong pemahaman yang semakin terang benderang.
Dalam suasana ini, semangat untuk berbagi ilmu juga muncul. Diskusi-diskusi hangat dan bersemangat mengalir di antara teman-teman seperjuangan. Pertukaran ide dan pandangan menjadi pemandangan biasa, menciptakan lingkungan yang sarat akan kecerdasan kolektif.
Namun, di balik keramaian persiapan ini, terpancar pula rasa tenang. Sebuah ketenangan yang timbul dari keyakinan bahwa setiap upaya memiliki arti, bahwa setiap perjuangan tidak akan sia-sia. Tidak hanya ujian akademis yang dihadapi, tetapi juga ujian pada diri sendiri yakni kesabaran dan kedisiplinan.
Sebentar lagi, gesekan pena pada kertas ujian akan mengisi ruang dengan harap, tekad, dan semangat. Namun, bukan hanya hasil yang menjadi tujuan utama. Proses, perjalanan setiap langkah yang diambil, itulah yang menjadikan segalanya berarti. Bagaimanapun hasilnya, setiap jejak usaha akan menjadi bagian tak terpisahkan dari cerita perjalanan para santri di Pesantren Hasan Jufri.
Santri dapat mengikuti ujian dengan memenuhi syarat dan kriteria yang telah ditetapkan oleh Dewan Pengasuh dan Dewan Asatidz.
Salah satu persyaratan bagi santri yang ingin mengikuti ujian adalah mendapatkan tanda tangan dari para Asatidz di lembar khusus yang telah disediakan oleh wali kelas. Tanda tangan ini merupakan bukti bahwa santri telah menyelesaikan kelengkapan makna kitab yang diajarkan.
Selain itu, santri juga harus memenuhi persyaratan lain untuk mendapatkan tanda tangan Asatidz, seperti menyelesaikan hafalan, mengikuti sorogan, menjaga buku catatan, dan hal-hal lain yang ditentukan.