Wahai anakku yang tercinta,
Engkau adalah cahaya di kehidupanku, harapanku yang tak terhingga.
Kamu adalah investasi berharga yang paling aku perjuangkan. Maka, sambutlah
peluang ini dengan sepenuh hati. Belajarlah dengan tekun dan rajin, sebab tidak
semua orang diberi kesempatan sebesar ini. Anakku, terimalah peluang ini dengan
sungguh-sungguh, agar kelak engkau bisa menjadi pelita bagi ibu dan bapak
menuju surga Allah.
Dalam perjalanan hidup ini, kita mungkin akan berpisah untuk
sementara waktu di dunia ini. Namun, percayalah bahwa setiap perpisahan adalah
awal dari pertemuan yang lebih indah di syurga Allah kelak. Mungkin jarak akan
memisahkan kita untuk berbagi cerita, untuk menyampaikan kebersamaan antara
anak dan orang tua, sebagaimana teman-temanmu yang setiap hari bertemu.
Ingatlah, perpisahan ini bukan tanda benci, bukan berarti kita tidak menyukai
satu sama lain. Ini hanyalah perpisahan sementara, demi kebaikan kita bersama.
Maafkan kami, anakku, jika terkadang kami merasa gagal dalam
mendampingimu belajar di rumah. Ini bukan karena ketidakmauan kami untuk
mengajarimu, melainkan pengakuan bahwa ilmu yang kami miliki terbatas. Oleh
karena itu, engkau dititipkan di pesantren, tempat di mana engkau dapat
mendekatkan diri pada Allah, menjadi pribadi yang terdidik, bahkan lebih
terdidik daripada ibu dan ayahmu ini.
Jangan biarkan kegagalan ini menjadi beban bagimu. Gagalnya kami
bukan berarti kegagalanmu. Engkau adalah harapan dan impian yang masih terbuka
lebar. Jadikan setiap pelajaran sebagai langkah menuju kecerdasan dan
ketakwaan. Semoga setiap perjuangan ini membentuk karakter dan kepribadianmu
yang kuat dan penuh kebijaksanaan.
Teruslah berusaha, anakku. Engkau bukan hanya warisan kami, tetapi
juga harapan untuk masa depan yang lebih baik. Percayalah, bahwa setiap tetes
peluh yang engkau curahkan saat ini, akan menjadi pilar kesuksesan dan
kebahagiaanmu kelak. Doa dan cinta selalu menyertaimu, wahai anakku yang
tercinta