Nabi Ishaq adalah putera dari nabi Ibrahim dan isterinya yang
bernama Siti Sarah. Nama Ishaq memiliki arti "tersenyum" atau
"tawa". Nama ini diambil dari pengalaman ibunya yang mengalami
kegembiraan ketika menerima kabar bahagia dari malaikat Jibril.
Menurut catatan dalam buku berjudul "Kisah Para Nabi &
Sahabat R.a Vol. 3", sebelum kelahiran Nabi Ishaq, nabi Ibrahim AS dan
Siti Sarah menerima kabar gembira langsung dari Allah SWT, yang diantar oleh
malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil. Malaikat-malaikat tersebut berkunjung ke
rumah nabi Ibrahim AS untuk menyampaikan pesan Ilahi. Pesan tersebut mengandung
kabar bahwa Siti Sarah akan melahirkan seorang anak laki-laki yang akan diberi
nama Ishaq. Lebih jauh, anak ini dijanjikan akan menjadi seorang nabi.
Momen tersebut sangat istimewa karena Siti Sarah, dengan penuh
kebahagiaan, tersenyum mendengar kabar ini. Nama Ishaq yang diberikan kepada
putera mereka mencerminkan kegembiraan dan kebahagiaan yang terkandung dalam
berita tersebut. Kelak, Nabi Ishaq menjadi salah satu nabi yang diutus oleh
Allah SWT untuk membimbing umat manusia menuju kebenaran dan ketakwaan.
Kelahiran Nabi Ishaq, putera Nabi Ibrahim, terabadikan dalam
Al-Qur'an melalui Surah Hud ayat 69 hingga 74. Dalam ayat-ayat tersebut, ketika
para malaikat memberi kabar gembira kepada Nabi Ibrahim dan Siti Sarah mengenai
kelahiran anak laki-laki yang akan diberi nama Ishaq, reaksi Nabi Ibrahim
terhadap berita tersebut dijelaskan dengan indah.
وَلَقَدْ جَآءَتْ رُسُلُنَآ إِبْرَٰهِيمَ بِٱلْبُشْرَىٰ قَالُوا۟
سَلَٰمًا ۖ قَالَ سَلَٰمٌ ۖ فَمَا لَبِثَ أَن جَآءَ بِعِجْلٍ حَنِيذٍ
Artinya:
"Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah
datang kepada lbrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan:
"Selamat". Ibrahim menjawab: "Selamatlah," maka tidak lama
kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang." (QS. Hud:
69).
Nabi Ishaq lahir di kota Hebron di daerah Kan'an pada tahun 1897
SM. Beliau adalah anak dari Nabi Ibrahim As dan Siti Sarah, dan memiliki saudara
yang bernama Nabi Ismail As. Dalam Al-Qur'an, kenabian Nabi Ishaq As diakui
melalui beberapa ayat, salah satunya terdapat dalam Surah Maryam ayat 49:
فَلَمَّا ٱعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ
وَهَبْنَا لَهُۥٓ إِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ ۖ وَكُلًّا جَعَلْنَا نَبِيًّا
Artinya:
"Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan
dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak, dan
Ya'qub. Dan masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi." (QS. Maryam: 49)
Ayat ini menegaskan bahwa setelah Nabi Ibrahim As menjauhi kaumnya
dan menyembah Allah secara murni, Allah memberikan anugerah berupa Nabi Ishaq
dan saudaranya, Nabi Ya'qub. Keduanya ditinggikan oleh Allah sebagai nabi-nabi
yang diutus untuk membimbing umat-Nya.
Pengangkatan Nabi Ishaq sebagai seorang nabi juga disebutkan dalam
Al-Qur'an, tepatnya dalam Surah Ash-Shaffaat ayat 113:
وَبَٰرَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلَىٰٓ إِسْحَٰقَ ۚ وَمِن ذُرِّيَّتِهِمَا
مُحْسِنٌ وَظَالِمٌ لِّنَفْسِهِۦ مُبِينٌ
Artinya:
"Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan di
antara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zalim terhadap
dirinya sendiri dengan nyata." (QS. Ash-Shaffaat: 113).
Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT memberikan berkah kepada Nabi
Ishaq dan saudaranya, Nabi Ismail. Dari keturunan keduanya, Allah menciptakan
individu-individu yang berperilaku baik (muhsin) dan ada pula yang melakukan
kezaliman terhadap dirinya sendiri dengan jelas. Ini menunjukkan keragaman
karakter dan perbuatan di antara keturunan Nabi Ishaq, namun keberkahan dan
petunjuk tetap berada di tangan Allah.
Nabi Ishaq As adalah seorang nabi dan pemimpin saleh bagi kaumnya,
yaitu kaum Kan'an. Beliau dikenal dengan pendekatan dakwahnya yang lemah
lembut, ramah, dan tamah, yang berhasil memikat hati orang dan membuat ajaran
agama Islam yang disampaikannya dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Dalam perjalanannya sebagai nabi, Nabi Ishaq As menikah dengan
Rafqah, yang memberinya dua anak kembar. Anak pertamanya diberi nama Ish, yang
memiliki makna "awal", sementara anak keduanya dinamai Ya'qub.
Menariknya, Nabi Ya'qub menjadi nabi pertama yang berasal dari garis keturunan
Nabi Ishaq As.
Berita gembira mengenai kelahiran Ya'qub disampaikan oleh para
malaikat kepada kakeknya, Nabi Ibrahim, dan Siti Sarah. Kelahiran Nabi Ya'qub
menjadi suatu tanda keberkahan dan kelanjutan dari keturunan yang dijanjikan
oleh Allah kepada Nabi Ibrahim.
Nabi Ishaq As wafat di Hebron, Palestina, pada usia 180 tahun.
Warisan kebijaksanaan dan petunjuk agama yang ditinggalkan oleh beliau terus
memberikan inspirasi dan manfaat bagi umat setelahnya. Informasi ini dapat
ditemukan dalam buku "Umur & Silsilah Para Nabi" oleh Jihad Muhammad
Hajjaj.
Ketika Nabi Ya'qub As mendekati ajalnya, beliau berdoa kepada Allah
SWT sebagaimana tertulis dalam Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah ayat 133:
أَمْ كُنتُمْ شُهَدَآءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ ٱلْمَوْتُ إِذْ قَالَ
لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنۢ بَعْدِى قَالُوا۟ نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ
ءَابَآئِكَ إِبْرَٰهِۦمَ وَإِسْمَٰعِيلَ وَإِسْحَٰقَ إِلَٰهًا وَٰحِدًا وَنَحْنُ
لَهُۥ مُسْلِمُونَ
Artinya:
"Adakah kamu hadir ketika Ya'qub mendekati ajalnya, ketika ia
berkata kepada anak-anaknya: 'Apa yang kamu sembah setelah aku meninggalkan
dunia ini?' Mereka menjawab: 'Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek
moyangmu, yaitu Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, yang satu-satunya Tuhan, dan kami
tunduk patuh kepada-Nya.' " (QS. Al-Baqarah: 133)
Dalam ayat ini, Nabi Ya'qub As bertanya kepada anak-anaknya
mengenai objek ibadah mereka setelah beliau meninggal dunia. Anak-anaknya
dengan lugas menyatakan kesetiaan mereka hanya kepada Tuhan yang Maha Esa,
yaitu Allah, Tuhan nenek moyang mereka, Ibrahim, Ismail, dan Ishaq. Mereka
menegaskan bahwa mereka adalah orang-orang yang tunduk patuh (muslim) kepada
Allah SWT. Ayat ini mencerminkan keteguhan iman dan kebersihan akidah keluarga
nabi, serta kesinambungan tuntunan tauhid dari generasi ke generasi.
Sifat Teladan Nabi Ishaq As
Menurut sumber-sumber yang dikutip dari halaman Kementerian Agama
(Kemenag), Nabi Ishaq As terkenal dengan sikapnya yang damai, santun, ramah,
dan tenteram dalam menyampaikan dakwah kepada umatnya. Kesantunan dan kedamaian
dalam berdakwah yang dipraktikkan oleh Nabi Ishaq As tidak hanya mencerminkan
kelembutan hati dan kebijaksanaan, tetapi juga menjadi contoh bagaimana seorang
pemimpin rohaniah dapat membimbing umat dengan cara yang penuh kasih sayang.
Dengan bersikap damai seperti Nabi Ishaq As, kita dapat menarik
kesimpulan bahwa pendekatan yang penuh kasih, tenteram, dan sejahtera dalam
menyampaikan ajaran agama akan mendapatkan keridhaan Allah SWT. Sikap-sikap
tersebut tidak hanya menciptakan keharmonisan dalam keluarga, tetapi juga
membawa ketenangan dan kebahagiaan kepada sesama. Dalam pandangan Islam, sikap
tenteram dan damai seperti ini sangat dihargai, dan Allah SWT menjanjikan
berkah serta keberkahan dalam hidup bagi mereka yang meneladani sikap positif
dan kedamaian yang ditunjukkan oleh para nabi, termasuk Nabi Ishaq As.
Sehingga, dalam melaksanakan dakwah dan membimbing umat, sikap yang
penuh kasih sayang, damai, dan santun seperti yang dicontohkan oleh Nabi Ishaq
As, dapat menjadi landasan yang kuat untuk menciptakan kehidupan yang penuh keberkahan,
kebahagiaan, dan mendapatkan keridhaan Allah SWT.
Wallahu A'lam...