Mendekatlah saat yang ditunggu-tunggu di Pesantren Hasan Jufri, di mana ujian takhassus akan segera menghampiri. Dari sudut pandang ini, semakin jelas terlihat semangat para santri yang mulai terpancar dalam kegiatan moraja'ah dan muthola'ah. Ini adalah momen di mana pelajaran-pelajaran yang telah dihayati sebelumnya kembali dihadirkan, diperbaharui, dan diperdalam.
Buku-buku
dan catatan-catatan menjadi sahabat setia, membantu para santri menjelajahi
kembali puncak-puncak ilmu yang telah mereka daki. Ruang-ruang pesantren pun
menjadi saksi bisu dari konsentrasi yang mendalam, saat santri-santri ini
merenungi ayat demi ayat Al-Qur'an, halaman demi halaman. Hari demi hari,
langkah demi langkah, demi nantinya agar sukses di tanggal 24-29 Agustus 2024
pada semester ganjil.
Dalam
suasana ini, semangat untuk berbagi ilmu juga muncul. Diskusi-diskusi hangat
dan bersemangat mengalir di antara teman-teman seperjuangan. Pertukaran ide dan
pandangan menjadi pemandangan biasa, menciptakan lingkungan yang sarat akan
kecerdasan kolektif.
Namun,
di balik keramaian persiapan ini, terpancar pula rasa tenang, rasa gugup, dan
rasa lainnya. Sebuah ketenangan yang timbul dari keyakinan bahwa setiap upaya
memiliki arti, bahwa setiap perjuangan tidak akan sia-sia. Tidak hanya ujian
akademis yang dihadapi, tetapi juga ujian pada diri sendiri, yakni kesabaran
dan kedisiplinan.
Sebentar
lagi, gesekan pena pada kertas ujian akan mengisi ruang dengan harap, tekad,
dan semangat. Namun, bukan hanya hasil yang menjadi tujuan utama. Proses,
perjalanan setiap langkah yang diambil, itulah yang menjadikan segalanya
berarti. Bagaimanapun hasilnya, setiap jejak usaha akan menjadi bagian tak
terpisahkan dari cerita perjalanan para santri di Pesantren Hasan Jufri.
Santri
dapat mengikuti ujian dengan memenuhi syarat dan kriteria yang telah ditetapkan
oleh Dewan Pengasuh dan Dewan Asatidz. Salah satu persyaratan bagi santri yang
ingin mengikuti ujian adalah mendapatkan tanda tangan dari para Asatidz di
lembar khusus yang telah dibagikan oleh wali kelas. Tanda tangan ini merupakan
bukti bahwa santri telah menyelesaikan kelengkapan makna kitab yang diajarkan.
Selain itu, santri juga harus memenuhi persyaratan lain untuk mendapatkan tanda tangan Asatidz, seperti menyelesaikan hafalan, mengikuti sorogan, menjaga buku catatan, dan hal-hal lain yang ditentukan.