Dalam setiap
jiwa yang mencintai kedamaian, prasangka buruk atau suudzon menjadi racun yang
perlahan merusak jalinan hubungan antara manusia, bahkan menggoyahkan iman di
hadapan Sang Pencipta. Suudzon bukanlah sekadar masalah kecil yang bisa
diabaikan, tetapi ia adalah pintu yang dapat membawa kepada kehancuran lebih
besar, baik dalam konteks sosial maupun spiritual.
Rasulullah SAW
mengingatkan umatnya dengan tegas bahwa Allah SWT mengharamkan segala bentuk
prasangka buruk, sebagaimana tercantum dalam hadis yang diriwayatkan oleh
Baihaqi dan Ibnu Majah. Suudzon terhadap sesama Muslim tidak hanya melanggar
hak-hak mereka, tetapi juga mengotori hati yang seharusnya dijaga bersih dari
segala niat buruk. Suudzon ini ibarat duri dalam daging yang kian hari kian
menusuk dan akhirnya merusak jiwa.
Islam, sebagai
agama yang menjunjung tinggi kedamaian dan keadilan, menuntun umatnya untuk
senantiasa berprasangka baik atau husnuzon. Prasangka baik tidak hanya memupuk
rasa kasih sayang dan persaudaraan, tetapi juga memperkuat iman. Dalam sebuah
hadis qudsi, Allah berfirman, “Aku mengikuti prasangka hamba-Ku kepada-Ku,”
sebuah pesan yang menegaskan betapa besar dampak dari husnuzon terhadap
kehidupan spiritual seseorang.
Memupuk
husnuzon adalah upaya untuk menjaga hati agar tetap tenang dan jiwa tetap lurus
di jalan-Nya. Ini adalah bentuk pengabdian yang tidak hanya melibatkan tindakan
fisik, tapi juga kedalaman pikiran dan hati. Dengan husnuzon, seorang hamba
tidak hanya memperindah hubungannya dengan sesama, tetapi juga memperkuat
ikatannya dengan Allah SWT, menggapai ridha-Nya dalam setiap langkah kehidupan.
Oleh karena
itu, renungkanlah, betapa seringnya prasangka buruk menyelinap dalam pikiran
kita, mengotori niat yang murni dan menyesatkan langkah kita dari jalan yang
benar. Menjauhi suudzon dan merawat husnuzon bukan hanya sebuah keutamaan,
tetapi kewajiban yang membawa kita lebih dekat pada makna sejati dari iman dan
ketundukan kepada Allah SWT. Dalam setiap detik kehidupan, mari kita senantiasa
berupaya menjaga hati dari prasangka buruk, demi meraih kehidupan yang penuh
berkah dan kedamaian yang hakiki.