Cinta Sejati yang Menuntun Hati kepada Allah



Cinta yang sesungguhnya adalah cinta yang membawa kita lebih dekat kepada Allah, tempat segala rasa bermuara. Ketika hati kita dipenuhi dengan cinta-Nya, segala kekosongan hilang, tergantikan oleh kedamaian yang abadi. Tidak ada rasa yang lebih tulus daripada cinta yang berakar dari niat untuk meraih ridha-Nya, bukan sekadar keinginan duniawi. Inilah cinta yang tak lekang oleh waktu.


Ketika dua hati bertemu dalam cinta karena Allah, mereka saling menjaga dalam kebaikan, berharap bersama menuju surga-Nya. Cinta yang demikian adalah bentuk ibadah, jauh dari sekadar rasa manusiawi yang sementara. Sebagaimana ulama Nahdlatul Ulama (NU) mengajarkan, cinta karena Allah adalah cinta yang akan memuliakan kita di dunia dan akhirat.


Rindu yang terindah adalah ketika kita merindukan Allah dalam setiap nafas. Saat hati kita terhubung dengan-Nya, kita menemukan cinta yang hakiki, cinta yang melampaui ruang dan waktu. Sebagaimana sabda Nabi, "Barangsiapa mencintai untuk bertemu dengan Allah, maka Allah pun mencintai untuk bertemu dengannya." Rindu kepada-Nya menghadirkan ketenangan yang sejati, menuntun kita pada jalan kehidupan yang penuh makna.


Cinta kepada Allah adalah cinta yang abadi. Ketika seseorang mencintai karena Allah, cinta itu tidak akan pernah pudar, bahkan setelah kematian. Hubungan yang dibangun atas dasar kecintaan kepada Allah memiliki fondasi yang kokoh, tak tergoyahkan oleh ujian hidup. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an, "Orang-orang yang beriman itu sangat cinta kepada Allah" (QS. Al-Baqarah: 165).


Tradisi Aswaja mengajarkan bahwa cinta sejati bukan hanya tentang hubungan antar manusia, melainkan tentang hubungan seorang hamba dengan Tuhannya. Cinta karena Allah memuliakan manusia, membawa hati kita lebih dekat pada-Nya, dan memberi makna yang lebih mendalam dalam setiap langkah hidup kita.










Post a Comment

Previous Post Next Post