Matimu Tak Jauh dari Kebiasaanmu...!!!



 IMAM Ahmad dan Muslim meriwayatkan sabda Nabi SAW:


يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَى مَا مَاتَ عَلَيْهِ


“Setiap hamba akan dibangkitkan (di hari kiamat) sesuai dengan (kondisi) ia dulu telah mati.” Artinya, setiap orang akan dibangkitkan sesuai dengan kondisi terakhir kematiannya.


Bila ia mati dalam kondisi bermaksiat, maka akan dibangkitkan seperti itu. Demikian juga ketika wafat dalam ketaatan, akan dibangkitkan juga dalam keadaan demikian itu.


Dalam kehidupan nyata, rupanya secara umum orang meninggal biasanya tak lepas dari kebiasaannya ketika hidup di dunia. Meminjam istilah Ustadz Bachtiar Nasir, hidup itu pada dasarnya mencari cara mati.


Kalau mau tahu matimu kelak bagaimana, maka perhatikan kebiasaanmu sehari-hari. Maka ada ungkapan Arab yang sering beliau ulang:


مَنْ عَاشَ عَلَى شَيْئٍ مَاتَ عَلَيْهِ


Terjemahan bebasnya, “Matinya seseorang itu sesuai dengan cara hidupnya.” Maka, jika ingin mati happy ending –hasil hanya Allah yang tahu– harus membiasakan diri dalam ketaatan dan kebaikan.


Penulis jadi teringat kisah Hamka dalam tafsir Al-Azhar (10: 8051) saat menafsirkan Surah At-Tin ayat 6. Beliau mempunyai bibi bernama Uaik Tuo Aisyah yang merupakan saudara dari ayahnya: Abdul Karim Amrullah.


Sang bibi ini, memiliki kebiasaan sejak usia gadis sudah dibiasakan oleh ayahnya (Tuanku Syaikh Amrullah) mewiridkan membaca Al-Qur`an sekhatam-khatamnya.


Jika tak ada kesempatan untuk membaca, beliau membaca surah-surah yang telah dihafal seperti: Ya Sin, Al-Waqi’ah, Al-Kahfi, Al-Mulk dan beberapa surah lainnya.


Kebiasaan itu terus dilakukan bahkan hingga tuli telinganya. Menariknya, meskipun usia sudah makin tua dan pekak telinga, diusianya yang sudah 80 tahun ke atas, beliau sama sekali tidak pikun.


Hari-harinya dihiasi dengan bacaan Al-Qur`an. Ketika sakit menjelang meninggal pun, menurut istilah Hamka “mulutnya masih berkomat-kamit membaca Al-Qur`an.”


Beberapa jam sebelum meninggal, dengan sungging senyuman, beliau ceritakan bahwa telah mendengar bacaan merdu suara Al-Qur`an dan anak cucunya disuruh mendengarkan (walaupun pada realitanya tidak mendengarkan).


Pada usia 86 tahun itu, beliau tutup usia dalam kondisi tersenyum sedang mendengarkan Al-Qur`an.


Kisah ini memberikan pelajaran penting. Matimu tidak jauh dari kebiasaanmu. Rencanakan kematian terbaikmu seja sekarang, dengan membiasakan diri mengamalkan kebaikan-kebaikan.


Sebagaimana istilah Ustadz Bachtiar, “Hidup itu sebenarnya menjalani bagaimana cara mati.” Sedangkan Allah menciptakan kematian dan kehidupan adalah untuk menguji, siapakah di antara manusia yang paling baik amalnya.

Kematian merupakan ketetapan dari Allah SWT, yang akan mendatangi seluruh orang yang hidup dan tidak ada yang bisa menolak maupun menahannya.


Di Al-Qur’an menyebutkan   كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ اْلمَوْت    ini merupakan sebuah ayat yang mengingatkan orang-orang agar selalu ingat pada kematiannya, dimana mereka mati, kapan mereka mati dan bagaimana keadaan mereka mati.


Karena seseorang akan mati sesuai bagaimana dia hidup dan dia nanti akan di bangkitkan sesuai bagaimana dia mati, sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulluah SAW.


يَمُوْتُ اْلمَرْئُ عَلىَ مَا عَاشَ عَلَيْهِ


وَيُحْشَرُ اْلمَرْئُ عَلىَ مَاتَ عَلَيْهِ


Misalnya ada seseorang dia semasa hidupnya selalu melakukan maksiat seperti mabuk-mabukan, berjudi dan lain-lain. maka kemungkinan besar dia juga akan mati dalam keadaan bermaksiat, dan di bangkitkan bersama orang-orang yang ahli maksiat, Naudzu Billahi Min Dzalik.


Dan sebaliknya ketika seseorang semasa hidupnya dia isi dengan beribadah seperti sering ikut pengajian, belajar ilmu agama dan ibadah-ibadah yang lainnya. Maka insyaallah dia akan mati dalam keadaan husnul khotimah, lalu dia dibangkitkan bersama orang-orang soleh.


Semoga kita termasuk dari golongan yang kedua, yaitu orang-orang yang selalu mengisi hidupnya dengan beribadah kepada Allah SWT, Amin Ya Robbal ‘Alamin.

WALLAHU   'ALAM

Post a Comment

Previous Post Next Post