Liburan sering
kali menjadi momen yang dinanti-nanti. Sebuah kesempatan untuk melepaskan lelah
dari rutinitas pekerjaan, tugas, atau studi. Pergantian tahun baru Masehi,
seperti dari 2024 ke 2025, adalah salah satu waktu yang paling dinikmati banyak
orang. Namun, di Pondok Pesantren Hasan Jufri, momen ini dipandang dengan cara
yang berbeda.
Pengasuh
pesantren mengambil langkah tegas untuk tidak memberikan izin kepada para
santri pulang atau menikmati liburan di rumah. Keputusan ini bukan tanpa
alasan. Di balik kebijakan tersebut, ada pemikiran mendalam yang
mempertimbangkan dampak serta mudarat yang mungkin muncul.
Menghindari
euforia yang melalaikan, menjaga nilai-nilai Islami, dan memastikan bahwa waktu
pergantian tahun digunakan untuk refleksi dan kebaikan adalah inti dari
kebijakan ini. Langkah ini bukan sekadar larangan, tetapi juga wujud kasih
sayang, agar para santri tetap berada dalam suasana yang kondusif untuk tumbuh
menjadi pribadi yang lebih baik. Beberapa alasan yang mendasari akan bahayanya
dampak detik-detik dari pergantian tahun ketahun:
1. Menghindari Pengaruh Perayaan yang Tidak Islami
Pergantian tahun baru sering dirayakan dengan
aktivitas yang kurang sesuai dengan nilai-nilai Islami, seperti pesta kembang
api, hiburan malam, dan kegiatan yang cenderung mengarah pada hal-hal negatif.
Santri yang terpapar suasana seperti ini dapat tergoda untuk ikut serta,
sehingga melunturkan semangat kedisiplinan dan ketakwaan yang telah dibangun di
pesantren.
2. Menjaga Fokus dan Konsistensi Ibadah
Momentum tahun baru di pesantren dimanfaatkan untuk
memperkuat ibadah, muhasabah (introspeksi diri), dan merancang resolusi
berdasarkan nilai-nilai agama. Jika santri pulang ke rumah, ada kemungkinan
rutinitas ibadah terganggu oleh euforia liburan, sehingga kehilangan kesempatan
untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah.
3. Risiko Pergaulan Bebas dan Lingkungan Tidak
Kondusif
Selama liburan, para santri berpotensi berada di
lingkungan yang kurang kondusif, baik dari sisi pergaulan maupun aktivitas
sehari-hari. Hal ini dapat memicu pergaulan bebas, konsumsi informasi yang
tidak bermanfaat, atau bahkan kebiasaan malas yang berlawanan dengan budaya
pesantren.
4. Keselamatan dan Kesehatan Santri
Perjalanan pulang dan pergi selama liburan, apalagi di
tengah kemeriahan tahun baru, memiliki risiko tersendiri. Kemacetan,
kecelakaan, atau kelelahan dapat mengganggu kesehatan fisik maupun mental
santri. Dengan tetap berada di pesantren, keselamatan mereka lebih terjamin
dalam suasana yang terkendali.
5. Memperkuat Kebersamaan di Lingkungan Pesantren
Alih-alih merayakan tahun baru dengan aktivitas
duniawi, pesantren Hasan Jufri mengarahkan santrinya untuk melakukan kegiatan
positif seperti doa bersama, kajian, atau refleksi tahunan. Ini tidak hanya
memperkuat hubungan antar santri tetapi juga menanamkan nilai kebersamaan dan
persaudaraan yang kokoh.
Dengan kebijakan ini, Pondok Pesantren Hasan Jufri
tidak hanya menjaga tradisi pesantren, tetapi juga memastikan bahwa para santri
tetap berada dalam jalur yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Keputusan ini
bukan sekadar larangan, melainkan upaya menciptakan lingkungan yang aman,
kondusif, dan penuh keberkahan.
Semoga langkah ini menjadi inspirasi bagi semua, bahwa
pergantian tahun bukan sekadar euforia, tetapi waktu untuk bermuhasabah dan
meningkatkan kualitas diri.