Tak Sudi Pergi di Tengah Kondisi Ini


Sejalan dengan langkah yang tak henti, aku terus memotivasi diri di tengah rasa lelah yang kadang tak tertahankan. Harapan-harapan yang belum tercapai bergelayut seperti awan yang tak kunjung menjatuhkan hujan, seakan menunda kesejukan yang kurindukan. Namun, keinginan dalam hatiku terasa begitu kuat, terlalu besar untuk kubungkam dalam diam. Ia memanggilku, memaksaku untuk tetap berjalan, walau jalan di hadapan tampak begitu sunyi dan penuh duri.


Pondok pesantren ini, dengan segala kesederhanaannya, adalah tempat di mana rindu dan doa saling berpelukan. Dinding-dindingnya menyimpan isak tangis yang hanya Allah menjadi saksi. Lantainya basah oleh air mata, bukan air mata kelemahan, tetapi air mata pengakuan bahwa kami hanyalah manusia yang terlalu kecil di hadapan-Nya. Keheningan di tempat ini kadang menyakitkan, tetapi justru di dalamnya aku menemukan suara hatiku yang selama ini terkubur oleh hiruk pikuk dunia.


Malam-malamnya penuh lantunan doa. Suara para santri yang bergetar oleh ketulusan menyeruak hingga ke langit, memohon pengampunan dan kekuatan. Ada keletihan yang tak terucap, tetapi ada keyakinan yang tak pernah pudar. Di setiap detik mereka, aku belajar bahwa kesedihan bukan akhir dari segalanya. Ia hanyalah jeda, pengingat bahwa kebahagiaan sejati selalu berakar dari perjuangan.


Ketika rasa letih menyelimuti langkahku, aku melihat wajah-wajah yang sama lelahnya. Mereka, teman-teman seperjuangan, yang memaksakan senyum meski tubuh mereka hampir menyerah. Ada kekuatan dalam kebersamaan ini, kekuatan yang tidak berbicara tetapi terasa menguatkan. Dalam kebersamaan ini, aku menyadari bahwa pondok pesantren ini bukan hanya tempat belajar. Ia adalah tempat menemukan makna kesabaran, makna pengorbanan, dan makna pengabdian kepada Sang Pencipta.


Aku tahu perjalanan ini panjang dan mungkin penuh kesendirian. Tetapi di pondok ini, aku belajar mencintai luka dan kehilangan, karena keduanya adalah jalan menuju cinta yang lebih agung. Kesederhanaannya mengajarkan bahwa keindahan tidak perlu mewah; ia ada dalam niat yang tulus, dalam hati yang ikhlas.


Langkahku masih rapuh, tetapi hatiku telah menemukan arahnya. Dan aku akan terus berjalan, meski perlahan, hingga suatu saat kutemui tempat di mana doa dan usahaku bertemu dalam keindahan yang telah Allah persiapkan.

 

 

Post a Comment

Previous Post Next Post