Belajar
dengan Guru: Jalan Tercepat Menuju Cahaya Ilmu
Di era digital ini, ilmu terasa
begitu dekat.
Satu klik di mesin pencari bisa membukakan ribuan artikel, video, dan
penjelasan.
Namun tahukah kita, semakin canggih dunia, justru semakin berharga peran
seorang guru?
📚
Belajar tanpa guru ibarat berjalan
di hutan lebat tanpa penunjuk jalan.
Kita mungkin membawa peta, tapi tidak tahu arah angin, tidak tahu jurang dan
jebakan.
Kita bisa tersesat meski merasa sedang melangkah.
Ilmu bukan sekadar informasi.
Ilmu adalah cahaya yang butuh disampaikan dengan hikmah, adab, dan keteladanan.
Dan itu tidak bisa didapat dari layar—tapi dari seorang guru yang
mengamalkannya dalam hidup.
🌱
Lihatlah para ulama besar,
mereka menempuh perjalanan jauh hanya demi satu majelis.
Imam Syafi’i duduk di hadapan Imam Malik selama bertahun-tahun.
Imam Ahmad rela menempuh ribuan kilometer demi satu hadits dari satu guru
terpercaya.
Kenapa?
Karena mereka tahu: belajar tanpa guru adalah pintu kesesatan yang samar.
🔍
Guru itu bukan hanya penyampai
materi.
Guru itu penjaga adab, pelurus pemahaman, dan penunjuk arah.
Mereka bisa berkata: “Berhenti dulu, yang ini salah.”
Mereka bisa mengingatkan: “Jangan bangga dengan ilmu, rendahkan hatimu.”
Di tangan guru, ilmu menjadi hidup.
Dan lebih dari itu,
ketika kau belajar kepada guru dengan adab dan keikhlasan,
bukan hanya ilmu yang kau dapat, tapi juga keberkahan.
Doanya mengalir dalam diam,
petuahnya masuk ke hati meski sederhana,
dan sentuhannya menumbuhkan jiwamu untuk menjadi lebih mulia.
✨
Maka jika hari ini kau masih punya
guru—yang mengajarimu, membimbingmu, menegurmu,
jangan sia-siakan.
Datanglah ke majelisnya dengan hati tunduk.
Catatlah bukan hanya ilmunya, tapi juga tutur katanya.
Karena ilmu yang diberkahi tak hanya membuatmu pintar,
tapi juga membuatmu menjadi hamba yang diridhai Allah.