Dalam hiruk pikuk dunia yang penuh godaan dan
kebisingan, seorang Muslim sejati bukan hanya dituntut untuk bertahan, tetapi
juga untuk bersinar. Bukan hanya selamat, tetapi juga menyelamatkan. Seperti
pelita kecil yang menerangi kegelapan, begitu pula peran seorang mukmin di
tengah zaman yang sering kali kehilangan arah.
Rasulullah ﷺ
bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang
paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
(HR. Ahmad)
Hadis ini menjadi kompas bagi setiap langkah kita.
Ia mengajarkan bahwa nilai hidup tidak terletak pada berapa banyak yang kita
miliki, tetapi seberapa besar manfaat yang kita tebarkan.
Hidup
Bukan Sekadar Bertahan
Banyak orang menjalani hidup hanya untuk memenuhi
rutinitas. Bangun, bekerja, makan, tidur, lalu ulang kembali. Padahal, hidup
ini adalah amanah. Waktu yang kita miliki adalah ladang amal yang tak akan
kembali. Setiap detik adalah kesempatan untuk menanam, yang hasilnya akan kita
tuai di akhirat nanti.
Menjadi
Muslim yang Membawa Harapan
Dalam Al-Qur’an, Allah menyebut kita sebagai “khayra
ummah”—umat terbaik. Tapi, predikat ini bukan hadiah cuma-cuma, melainkan
amanah besar. Kita harus menjadi generasi yang berani menegakkan kebaikan dan
mencegah kemungkaran, tanpa takut dianggap berbeda atau asing.
“Islam
datang dalam keadaan asing, dan akan kembali asing. Maka beruntunglah
orang-orang yang dianggap asing (ghuraba).”
(HR. Muslim)
Mulailah
dari Hal Kecil
Menjadi cahaya tidak harus langsung besar dan
megah. Bahkan senyum tulus, kata-kata yang menenangkan, atau membantu teman
yang kesulitan adalah cahaya. Rasulullah ﷺ
tidak membangun peradaban dalam semalam. Ia memulai dari akhlak, dari hati.
“Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Al-Bukhari)
Menebar
Kebaikan di Era Digital
Di zaman media sosial, satu unggahan bisa
menjangkau ribuan orang. Maka gunakanlah jempolmu untuk menebar kebaikan.
Bagikan ilmu, motivasi Islami, atau sekadar doa yang menyejukkan. Jangan
menjadi penyebar hoaks, kebencian, atau hal-hal yang tak bermanfaat.
Penutup:
Hidup ini singkat. Jangan sampai berlalu sia-sia.
Jadilah cahaya—walau kecil, tetapi nyata. Jangan tunggu sempurna untuk mulai
berbuat. Karena Allah tidak menilai hasil, tetapi usaha dan niat kita.
“Barang siapa menanam kebaikan
walau sebesar biji sawi, ia akan melihatnya.”
(QS. Az-Zalzalah: 7)