Banyak yang bertanya: "Kenapa sih harus mondok? Kan bisa sekolah biasa aja?"
Tapi mereka lupa, bahwa hidup ini bukan cuma soal pintar, tapi juga tentang siapa dirimu sebenarnya saat tak ada yang melihatmu.
1. Di pondok, kamu belajar lebih dari sekadar pelajaran.
Kamu belajar bangun sebelum fajar. Kamu tahu rasanya menahan ngantuk demi riyadhoh, mencuci baju sendiri, makan dengan piring seadanya, saling menasihati dengan teman, bahkan tidur hanya beralaskan tikar.
Di situlah jiwa ditempa.
Bukan sekadar cerdas, tapi tangguh, ikhlas, sabar, dan penuh cinta pada ilmu.
2. Di pondok, kamu tidak hanya dibentuk, tapi dikuatkan.
Kamu belajar menguatkan niat, menjaga semangat, dan bertahan di tengah lelah.
Saat teman-temanmu asyik di luar sana, kamu memilih bertahan di balik dinding pesantren demi sebuah cita-cita besar: jadi insan yang bermanfaat dunia akhirat.
3. Di pondok, kamu dilatih untuk hidup—bukan sekadar hidup enak.
Tidak ada lift menuju sukses, tapi ada anak tangga bernama pondok. Di sanalah kamu mendaki, dengan peluh dan doa, dengan sabar dan tawakal.
Sebab orang besar tak lahir dari kenyamanan, tapi dari perjuangan.
4. Karena mondok bukan hanya tentang hari ini. Tapi tentang masa depan.
Mungkin hari ini kamu belum paham mengapa harus mondok. Tapi kelak, saat kamu berdiri memberi manfaat pada umat, saat doamu menyejukkan dunia, saat akhlakmu menjelma cahaya—kamu akan bersyukur:
"Alhamdulillah, dulu aku mondok."
Mondok itu pilihan para pejuang. Bukan yang cari jalan mudah, tapi yang ingin jadi cahaya di jalan yang gelap.
Jadi... kenapa harus mondok?
Karena di sanalah tempat cita-cita dibesarkan dengan doa, dan impian dihidupkan oleh ilmu.
Karena dunia ini butuh lebih banyak orang shalih, yang bukan cuma tahu banyak… tapi juga menjadi cahaya bagi banyak.