Syawal datang…
Setelah lelahnya jiwa ditempa Ramadan, kini tibalah saatnya membuka hati.
Syawal bukan sekadar ganti kalender hijriah. Ia adalah ruang—tempat terbaik
untuk berkata:
“Maafkan aku.”
Maafkan aku…
Jika selama ini lisan seringkali tak terjaga.
Jika tatapan kadang menyakitkan.
Jika sikapku lebih sering menuntut, daripada memahami.
Jika aku hadir sebagai beban, bukan penenang.
Maafkan aku…
Yang kadang terlalu sibuk mengejar dunia, sampai lupa menengok wajah-wajah yang
mencinta dalam diam.
Yang jarang bertanya, “Apa kabarmu?” karena terlalu tenggelam dalam urusan
sendiri.
Yang kadang lupa… bahwa hati juga punya batas tahan.
Syawal bukan hanya tentang saling
mengucap “mohon maaf lahir dan batin”,
Tapi tentang ketulusan untuk melepas gengsi dan menundukkan ego.
Tentang keberanian mengakui salah, dan kesiapan memperbaiki.
Hari ini, aku datang tanpa topeng.
Dengan hati yang ingin kembali ringan.
Jika ada luka yang pernah ku gores dalam cerita hidupmu,
Bolehkah Syawal ini menjadi titik temu… untuk saling memaafkan?
Karena hidup terlalu singkat untuk
menyimpan dendam.
Dan Syawal terlalu indah untuk dilewati tanpa saling memaafkan.