Tak sedikit anak yang bertanya dalam
diam:
"Kenapa Ayah dan Ibu memasukkanku ke pesantren? Apa mereka sudah bosan
denganku? Apa mereka ingin menjauh dariku?"
Jika kau pernah berpikir begitu,
maka ketahuilah: justru karena merekalah yang paling mencintaimu, kau
dimondokkan.
🌿
Banyak orang tua bisa saja
membiarkan anaknya tumbuh biasa-biasa saja:
Tidur di rumah, bermain di lingkungan, bersekolah sekadarnya.
Tapi tidak semua orang tua berani memilih jalan berat—jalan pondok.
Karena mondok itu tak mudah.
Anak harus jauh dari rumah, harus bangun lebih pagi dari biasanya, harus
belajar adab sebelum ilmu, harus menahan rindu yang menggantung sepanjang
malam.
Dan orang tua pun harus menahan rasa sepi, harus belajar ikhlas, harus percaya
bahwa Allah sedang menjaga anaknya lebih baik dari mereka.
Lalu, kenapa tetap dipilih?
Karena mereka tahu, di balik beratnya mondok, ada cahaya yang besar.
Ada pembentukan jiwa.
Ada tempaan kesabaran.
Ada bentukan akhlak yang tak tergantikan.
Mereka ingin anaknya bukan sekadar
bisa membaca buku—tapi juga bisa merunduk di hadapan ilmu.
Mereka ingin anaknya bukan sekadar bisa bicara—tapi juga bisa menundukkan hati
di hadapan orang tua dan guru.
Mereka ingin anaknya bukan hanya sukses—tapi selamat, dunia dan akhirat.
🌙
Maka, kalau hari ini kau sedang
mondok,
sedang rindu rumah,
sedang merasa sendiri di antara kitab-kitab dan jadwal padat—ingatlah:
Itulah cinta dalam bentuk paling
sejati.
Ayah dan Ibumu tidak menjauhkanmu.
Mereka sedang menitipkanmu pada surga yang mereka doakan setiap malam.
Mereka sedang menyiapkanmu untuk
menjadi manusia yang lebih kuat, lebih tangguh, lebih mengenal Allah.
Dan suatu saat nanti, ketika kau
pulang dengan ilmu, akhlak, dan kedewasaan,
mereka akan menyambutmu dengan air mata.
Bukan karena sedih, tapi karena bangga.
Karena mereka tahu:
Mondokmu adalah bentuk kasih sayang yang tak bisa dibeli oleh apa pun di
dunia ini.